Langsung ke konten utama

Biologi Kutu Kebul (Bemisia tabaci Genn.)

Membahas masalah Kutu Kebul (Bemisia tabaci) tentu tidak lengkap jika tidak membahas pula kaitannya dengan virus yang ditularkannya, meskipun hanya sekilas. Telah banyak publikasi laporan penelitian yang menyatakan bahwa Kutu Kebul atau sering juga disebut silverleaf whitefly (SLW) atau whitefly merupakan serangga yang menularkan virus kuning Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV) pada beberapa Suku pada tanaman. Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV), telah ditemukan pada beberapa tempat. Gejala atau kerusakan tersebut mirip dengan Tomato leaf curl virus (TLCV) yang telah ditemukan sebelumnya di bagian utara dan selatan Mossman-Queensland utara (Australia). Penyakit tersebut merupakan penyakit penting pada tanaman tomat.


TYLCV disebarkan atau ditularkan oleh kutu kebul, silverleaf whitefly (SLW) dan oleh perpindahan tanaman seperti pembibitan. Penyakit ini tidak disebarkan melalui benih atau tanah. Tanaman yang terserang penyakit ini berupa penghambatan pertumbuhan (stunted), daun menggulung ke atas atau k eke bawah (upwards atau inwards), daun menjadi kaku atau mengeras dan sering melengkung ke bawah. Bunga mungkin akan layu dan jika berproduksi, buah yang dihasilkan berukuran lebih kecil, kering dan tidak memiliki nilai ekonomis (unmarketable). Tanaman inang lain TYLCV diantaranya adalah: Cabai, Kacang Perancis dan beberapa tanaman penggangu (gulma) serta tanaman hias (ornamental).

Prinsip Pengendalian

Untuk menghindari dan meminimalisir penyebaran TYLCV, jangan memindahkan tanaman inang terinfeksi dari daerah lain ke daerah yang masih bebas dari serangan penyakit dan selalu mengontrol penyebaran whitefly antar tanaman dan antar daerah.

Siklus Hidup Silverleaf whitefly

Serangga Dewasa

Serangga whitefly berukuran kecil, dengan panjang berkisar antara 0,8 hingga 1,2 mm, alat yang dimilikinya berupa stilet untuk menusuk-menghisap dan termasuk serangga yang bisa terbang. Serangga ini memiliki sayap berwarna putih dan tubuh yang berwarna kuning dan berkoloni (berkumpul) di permukaan daun bagian bawah. Populasi yang berlimpah (tinggi) dapat terbentuk dalam waktu tiga sampai empat minggu. Pada musim panas (kemarau) siklus hidup berlangsung selama 18-28 hari, tetapi dapat lebih panjang pada musim dingin, yaitu selama 30-48 hari.

Telur

Telur serangga memiliki ukuran panjang 0,2 mm dan 0,1 mm bulatnya. Telur-telurnya diletakkan di permukaan daun bagian bawah. Masing-masing serangga betina secara acak meletakkan telur sebanyak 50 hingga 400 butir telur (dengan rata-rata 160 butir). Telur yang baru diletakkan berwarna kuning-keputihan selanjutnya berubah warna menjadi agak kecoklatan dan akan menetas setelah tujuh hingga 10 hari. Setelah telur menetas serangga memasuki empat fase nimfa sebelum akhirnya menjadi imago (dewasa).


Crawlers (instar pertama)

Setelah penetasan, muncul instar pertama berwarna kuning-kehijauan, berbentuk datar-oval, nimfa instar pertama memiliki panjang kurang-lebih 0,3 mm. Nimfa bergerak dalam jarak yang dekat kemudian menusuk ke dalam sumber sap di dalam jaringan floem dan tinggai di situ sampai menjadi dewasa.


Nimfa instar ke-2 dan ke-3

Selama dalam stadia berdiam diri serangga bentuk serangga menyerupai sisik halus berbentuk oval tetapi ramping. Pada fase ini serangga tidak memiliki tungkai atau bentuk lain yang khusus dan menghisap sap dari tanaman.
Nimfa instar ke-4 (Pupa). Nimfa instar ke-4 berwarna kuning dan kisaran panjang ukuran antara 0,6 sampai 0,8 mm. Pada akhir masa instar ke-4, serangga menghentikan aktifitas makan dan terjadi perubahan warna menjadi putih-kekuningan.
Dewasa. Dewasa umumnya muncul dari pupa (nimfa instar 4) pada pagi hari, dan yang lebih dulu muncul adalah serangga jantan. Kemunculan serangga dewasa tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi temperature. Serangga dewasa akan muncul lebih cepat jika temperatur tinggi. Kemunculan itu memerlukan kurang lebih empat jam sebelum serangga dapat terbang dan sekitar 10 sampai 12 jam sebelum serangga siap kawin. Dengan demikian menunjukkan bahwa, serangga betina dapat menerima ajakan kawin oleh serangga jantan dalam waktu 10 sampai 12 jam setelah munculnya dewasa dari pupa, yaitu ketika umur jantan lebih tua minimal 10 jam dari betina. Waktu preoviposisi berbeda-beda tergantung temperatur, preoviposisi di lapang akan berlangsung dalam jangka waktu antara satu hingga 22 hari, sedangkan jika dikondisikan pada temperatur yang terkontrol (konstan) antara 16-28 0C preoviposisi akan berlangsung dalam kurun waktu 2-5 hari.
Seks rasio bervariasi antara 0,5 sampai 0,8 betina, dan pada beberapa kasus di lapang dan di kotak serangga, populasi betina dilaporkan lebih dominan. Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa, proporsi anakan betina dipengaruhi oleh suhu. proporsi anakan betina meningkat sejajar dengan meningkatnya suhu. Rasio seks akan meningkat dari 0,60 ke 0,63; 0,69; dan 0,76betina pada temperatur 19, 22, 25 dan 280C

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumbang Tanduk, Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae): Hama Utama Tanaman Kelapa Sawit

Aktifitas makan (serangan) kumbang tanduk dapat sangat merusak tanaman baik tanaman muda maupun tanaman yang sudah produktif, serangga ini juga dapat menyerang kelapa santan ( Cocos nucifera ) maupun kelapa sawit ( Elaeis guineensis ). Serangga menyerang semua bagian tanaman yang nampak/berada di atas permukaan tanah, baik batang, pelepah, maupun pucuk (titik tumbuh). Aktifitas makan tersebut menimbulkan lubang gerekan pada batang, pelepah dan daun yang membentuk menyerupai huruf "V" atau seperti kipas. Gejala serangan kumbang tanduk pada tanaman sawit muda (TBM) dan tanaman kelapa santan ( C. nucifera ) Kumbang tanduk yang dominan ditemukan pada tanaman kelapa sawit adalah jenis  Oryctes rhinoceros.  Jenis ini   memang telah lama diketahui peranannya sebagai serangga pengganggu yang dapat menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit, terutama tanaman muda (TBM). Pembukaan lahan tanpa pembakaran ( zero   burning ) disinyalir dapat meningkatkan kemungkinan serangan l

JENIS-JENIS JAMUR KONSUMSI (EDIBLE MUSHROOM)

Kebutuhan jamur konsumsi semakin hari semakin meningkat. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dab tehnologi saat ini, beberapa jamur konsumsi dapat dengan mudah dibudidayakan, antara lain jamur Shitake, jamur Champignon, jamur Merang, Jamur Kupimg dan jamur Tiram. Ini dia jenis-jenis jamur konsumsi: Jamur Kancing ( Agaricus bisporus ) Jamur kancing merupakan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia, sekitar 38% dari total produksi jamur dunia. Jamur kancing ( Agaricus bisporus ) atau champignon merupakan jamur pangan yang berbentuk hampir bulat seperti kancing dan berwarna putih bersih, krem, atau coklat muda. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai table mushroom , white mushroom , common mushroom atau cultivated mushroom . Di Perancis disebut sebagai champignon de Paris. Jamur kancing dijual dalam bentuk segar atau kalengan, biasanya digunakan dalam berbagai masakan Barat seperti omelet, pizza, kaserol, gratin, dan selada. Jamur kancing memiliki aroma unik

Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV)

Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) atau Virus kuning-keriting pada daun tanaman tomat merupakan salah satu anggota dari Virus yang tergolong dalam Suku Geminiviridae, Marga Begomovirus. Serangan TYLCV pada tanaman tomat dapat menyebabkan daun tanaman menggulung, mengeras, bertekstur kasar dan lebih tebal dibanding tanaman normal. Daun tanaman yang terserang juga akan mengalami klorosis ( yellowing ) dan mengkerut/keriting ( curly ). Gangguan tersebut hanya dapat terjadi pada daun baru yang terbentuk setelah tanaman terinfeksi, sedangkan daun tua tetap dan tidak mengalami penyusutan. Hal ini yang menyebabkan tanaman tampak ganjil karena daun pada bagian bawah tanaman tampak lebih lebat jika dibandingkan daun yang berada pada bagian atas. Tanaman rentan yang terserang pada fase perkembangan generatif dapat menyebabkan tanaman kerdil (stunting), jika serangan berlangsung hingga fase generatif maka buah yang dihasilkan akan berukuran kecil. Penyebaran TYLCV TYLCV tidak menular me