Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Opini

Mbah Surip, Fenomena, Filusuf, Seniman atau Gila??

Pernah kuliah di tiga universitas sekaligus dan lulus semua, dia juga pernah menggelandang di kota, kuliah filsafat tapi bergelar MBA, rambut gimbal rasta dan memiliki latar belakang yang tak pernah jelas. “…Percaya atau tidak, kami serahkan menurut kepercayaan Anda masing-masing...” itulah tulisan yang acap kali saya temukan di sejumlah media mengenai kesimpang-siuran berita tentang Mbah Surip yang tak “logis”. foto Mbah Surip: VIVAnews, 15 Juli 2009 Melihat tampilannya, saya yakin kebanyakan orang tak akan mempermasalahkan latar belakang yang tak jelas serta cerita yang seakan dikarang. “Kebohongan fulgar” yang tak akan disentuh banyak orang dan tak pernah dipermasalahkan, karena memang tak merugikan banyak orang, tak memiliki tendensi profit maupun politis. Sekarang dia menjadi artis, dikenal banyak orang tapi gayanya tak berubah. Khas!, bahkan masih juga kos seharga 300 ribu per bulan, kemana-mana juga masih memakai sepeda motor dan dengan pakaian yang serba “pas-pasan” meski p

Orang Gila

Mengikuti berita Nasional seputar Pilpres ternyata membuat saya PUSING!! Kalau saja saya bisa pasang sikap masa bodoh dengan semuanya, mungkin saya tidak akan sepusing sekarang. tapi, saya merasa harus pusing karena Agama yang saya yakini telah me'warning' saya agar menentukan sikap dalam Pilpres dan setiap tindakan. Sikap dan pilihan itu akan dimintai pertanggungjawabannya, saya harus jawab bagaimana ketika ditanya kenapa saya Golput atau kenapa pilih Si itu.. Sejurus kemudian, saya jadi teringat oleh kisah Luqman dan Putranya dengan keledainya... Pada suatu hari, Lukman Hakim memerintahkan anaknya yang dicintainya untuk mengambil seekor keledai. Sang anak memenuhi dan membawanya ke hariban sang ayah. Lukman menaiki keledai itu dan memerintahkan anaknya untuk menuntun keledai. Maka perjalanan pun dimulai. Keduanya berjalan melintasi perbukitan dan tanah-tanah tandus. Hingga suatu ketika mereka berdua melintasi kerumunan orang-orang banyak. Orang-orang yang menyaksikan Lukman

Mereka-kah Pemimpin Kita?

Memasuki masa-masa pemilihan umum yang bertujuan menjaring pemimpin-pemimpin “berkelas”, ternyata memunculkan begitu banyak orang yang menyatakan dirinya memiliki kapasitas menjadi pemimpin. Namun sayang, justru diujung waktu pemungutan suara digelar, mereka justru membuat blunder yang mungkin akan menciptakan stigma negatif mengenai corak kepemimpinan mereka kelak. Beberapa tokoh yang kebetulan saat ini sedang dan pernah memimpin negeri ini, kemarin (31 Maret 2008) salah satu stasiun TV Swasta Nasional (mungkin juga stasiun TV yang lain) dan media cetak (1 April 2009), secara fulgar mempertontonkan amarah ke-tidakdewasa-an para tokoh yang seyogyanya tidak dilakukan oleh orang-orang sekelas mereka. Tindakan yang biasanya diucapkan oleh orang-orang yang tengah berputus asa dengan apa yang dia lakukan, orang-orang yang masih berusia muda dan orang-orang yang memilki pendidikan terbatas. Megawati Soekarno Putri, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan, Putri Tokoh Besar RI, Pr