BARU-baru ini, PPKS melalui Jurnal Warta (2025, 30[2]: 82-97) mempublikasikan hama kumbang moncong (Gambar A-B) di Kab. Darmasraya, Sumatra Barat yang katanya "bangkit lagi". Kumbang ini diidentifikasi sebagai Rhabdocelus obscurus (Coleoptera: Curculionoidea). Dampak serangannya lebih besar, karena tidak hanya menggerek buah, tapi juga spikelet dan tankai tandan. Mirip seperti ulat tandan, Tirathaba mundela (Lepidoptera: Pyralidae), bedanya ulat tandan hanya menyebabkan kerusakan pada buah.
Molet (2013) menyebutkan bahwa, serangga ini dapat menjadi hama utama pada tanaman tebu, palem, dan pisang, serta hama sekunder pada tanaman jagung. Sementara itu, inang alternatifnya sangat beragam. Berbagai jenis inang alternatif itu antara lain; berbagai spesies tanaman palem, termasuk kelapa sawit, kelapa nyiur, pepaya, pisang, dan jagung. Selain tanaman budidaya, ternyata serangga ini juga bisa hidup pada tumbuhan liar dari suku palem-paleman, rerumputan, dan tanaman bunga Strelitzia reginae.
SERANGGA ini dikenal sebagai serangga asli New Guinea dan pulau-pulau sekitarnya. Di Indonesia, dilaporkan ada di Pulau Buru dan Ternate.
Sebagaimana umumnya serangga Cucurlionidae seperti Rhynchophorus (Gambar C), larva kumbang ini berupa uret/lundi (whitegrub-apodus), hidup dengan menggerek/makan bagian dalam tanaman inang (buah, tangkai buah dan tandan, atau batang tanaman). Bekas gerekan (terowongan) ditutupi dengan serat atau potongan tanaman sebagai “plug (penutup)” di mulut terowongan. Larva berkembang hingga menjadi kepompong di dalam rongga dengan diselubungi serat kulit batang atau bagian lunak tanaman sebagai bahan pelindung atau kokon (Schreiner, 2000).
Teknik PENGENDALIAN
1. Penggunaan perangkap dengan memanfaatkan 2 jenis feromon agregasi, yaitu; 2- methyl-4-octanol dan Ethyl acetate yang diganti setiap 6 minggu (42 hari). Perangkap kedua adalah perangkap umpan makanan, berupa potongan tebu berukuran 2 sd 5 cm yang diganti setiap 7-9 hari.
2. Fumigasi dengan menggunakan naftalen atau kapur barus yang dimasukkan ke dalam lubang gerekan dan menutupnya (Schreiner, 2000).
3. Pelepasan lalat parasitoid Lixophaga sphenophori (Gambar D) (Leeper, 1972).
Komentar
Posting Komentar