Langsung ke konten utama

MENGHADAPI Auditor IFCC sebagai seorang Peneliti Hama dan Penyakit Tanaman: KEBIJAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA.

PENGENALAN ORGANISASI PLANT PROTECTION

"Sebelumnya, ijin memperkenalkan diri, Saya Heri Sunarko, (dari) Plant Health (atau Spesialist Hama dan Penyakit Tanaman-R&D Dept.). Maaf Bapak/Ibu, Saya perlu menjelaskan ini di awal, karena perush. kami memiliki organ lain di bawah plantation untuk operasional pengendalian hama dan penyakit tanaman di lapangan. Diantara kami, memiliki job description yang berbeda meskipun stay connected."

Setelah mendengar ini, auditor tentu menanyai dengan pertanyaan lain, "bedanya dimana?". Saya yakin sebenarnya auditor itu sudah memahaminya, tapi sebagai bagian dari proses profesionalisme, saya jelaskan.

Singkatnya, Plant Health atau Plant Protection (PH) R&D Dept. bertanggung jawab mengembangkan segala sesuatu yang sudah ada, dan/atau menggali sesuatu yang masih menjadi pertanyaan, memunculkannya ke permukaan dan membuat kesimpulan untuk menjawabnya. Setelah segalanya terjawab dan secara teknis aplicable, kemudian diserahkan kepada Plant Protection Operational (PP Ops.) untuk diimplementasikan. Sebagai contoh, pada tahun 2018 kami menghadapi kejadian serangan white grub (larva kumbang Coleoptera: Scarabaeidae). Larva kumbang ini atau yang sering dikenal sebagai white grub, uret, lundi, embug, gendon, gayas dll., memakan akar tanaman muda sejak dari awal tanam. Tanaman terserang ini kemudian layu kering dan mati.

Dalam contoh kasus seperti ini, TUGAS PH R&D antara lain adalah;
  1. Mencari jenis inesktisida untuk pengendalian larva, secepat mungkin.
  2. Mengujikan beberapa cara aplikasi insektisida (tabur di permukaan, tabur di lubang tanam, kontak pada tubuh serangga, dll.)
  3. Mempelajari siklus hidup dan dinamika populasi
  4. Eksplorasi kemungkinan adanya musuh alami, seperti entomopatogen.
  5. Identifikasi spesies.
  6. Penyusunan SOP pengelolaan hama secara terpadu.
Studi ekologi serangga memakan waktu yang cukup lama, sekitar 2-3 tahun. Kegiatan yang dilakukan selama itu antara lain;
  1. Survey kemungkinan adanya alternative host.
  2. Rearing serangga dalam skala lab. dan rearing house.
  3. Pengamatan siklus hidup di lokasi endemik secara sampling.Sampling populasi imago (pada tanaman inang - 2 mingguan dan light trap-daily).
Setelah keseluruhan informasi telah cukup lengkap dan telah dituangkan ke dalam SOP, kemudian diberikan kepada PP Ops. untuk dijadikan landasan dalam pengendalian. Tugas PH R&D berikutnya adalah, mengevaluasi efektifitasnya dan memantau perkembangan populasi (monitoring rutin).

JANGAN DILUPAKAN, dalam teori/konsep PHT/IPM, monitoring ekosistem, atau early warning system (EWS), atau sistem peringatan dini (SIPERDI) merupakan pondasi dan menjadi bagian integral yang tak boleh terpisah diantara ke-7 teknik pengendalian lainnya. Hasil monitoring adalah landasan sebelum memutuskan perlu-tidaknya pengendalian, penentuan teknik pengendalian, hingga perlu-tidaknya menggunakan "senjata kimia", yaitu PESTISIDA. Penggunaan PESTISIDA tentu tidak boleh serampangan, tapi HARUS melalui berbagai pertimbangan.


KEBIJAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA

Kita semua tentu menyadari bahwa penggunaan pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman hanyalah salah satunya, bukan satu-satunya. Penggunaannya pun tidak boleh serampangan untuk meminimalisir dampak yang akan ditimbulkannya. Sebelum menghadapi auditor, berikut adalah struktur catatan yang saya siapkan terkait "Kebijakan Penggunaan Pestisida".

1. Prinsip Dasar Penggunaan Pestisida
Pestisida merupakan bagian dari PHT atau IPM, tetapi sebelum memutuskan menggunakan pestisida, masing-masing dari kita dituntut untuk mengutamakan teknik-teknik lain demi keberlanjutan jangka panjang yang efektif dan efisien. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
a) Pegembangan klon tahan atau moderat tahan terhadap OPT utama. Program ini adalah hasil kolaborasi antara Breeder dan Plant Protection.
b) Pengelolaan tanaman sesuai dengan prinsip-prinsip silvikultur yang baik (misal: pengawasan kualitas bibit melalui PSQA, pemupukan sesuai rekomendasi, weeding round tepat waktu, dll.).
c) Monitoring populasi OPT secara berkala. Kegiatan ini terjadwal, sistematis dan dalam pengawasan yang ketat.
d) Penelitian dan pengembangan teknik pengendalian lain, misal: mekanik (perangkap), fisik (eksposure pada sinar matahari), konservasi musuh alami (bio-control) dll.

2. Acuan Penggunaan Pestisida untuk Pengendalian OPT antara lain;
a) Memenuhi kepatuhan terhadap regulasi pemerintah RI (sumber):
- Permentan no. 43 tahun 2019 (Gambar A)
- Sistem Informasi "SIMPEL" (Gambar B)
- Sistem Infromasi "pestisida.id" (Gambar C).

b) Mengacu pada daftar pestisida yang diterbitkan oleh lembaga internasional, seperti FSC, dokumen: FSC-POL-30-001a EN (Gambar D).

c) Pengujian efikasi pestisida terhadap OPT target.


3. Parameter Pengujian Pestisida
Pengujian pestisida ditentukan dengan acuan sebagai berikut:
  • Efektivitas: Menguji kemampuan pestisida dalam mengendalikan OPT utama.
  • Sinergisme/Antagonisme: Menguji pencampuran dua atau lebih pestisida untuk aplikasi pengendalian dalam satu waktu.
  • Manajemen Resistensi: Melakukan rotasi jenis bahan aktif pestisida untuk menghindari terjadinya resistensi OPT.
  • Penghematan Biaya (Saving Cost): Menguji efikasi pestisida potensial secara rutin untuk menemukan alternatif yang lebih efektif dan lebih murah.

4. Kebijakan Keamanan dan Pelatihan Aplikasi Pestisida secara kolaboratif, antara lain;
  • Pemilihan pestisida yang lebih aman (label hijau atau biru)
  • Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
  • Penyimpanan dan pembuangan limbah pestisida sesuai aturan Safety Dept.
  • Pelatihan/Training/Refresh Training kolaboratif antar departemen, terutama untuk tenaga kerja aplikator pestisida, tenaga kerja monitoring, dan teknisi mesin.
Materi di dalam blog ini telah juga dipublikasikan di dalam akun LinkedIn pribadi;
Semoga Bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumbang Tanduk, Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae): Hama Utama Tanaman Kelapa Sawit

Aktifitas makan (serangan) kumbang tanduk dapat sangat merusak tanaman baik tanaman muda maupun tanaman yang sudah produktif, serangga ini juga dapat menyerang kelapa santan ( Cocos nucifera ) maupun kelapa sawit ( Elaeis guineensis ). Serangga menyerang semua bagian tanaman yang nampak/berada di atas permukaan tanah, baik batang, pelepah, maupun pucuk (titik tumbuh). Aktifitas makan tersebut menimbulkan lubang gerekan pada batang, pelepah dan daun yang membentuk menyerupai huruf "V" atau seperti kipas. Gejala serangan kumbang tanduk pada tanaman sawit muda (TBM) dan tanaman kelapa santan ( C. nucifera ) Kumbang tanduk yang dominan ditemukan pada tanaman kelapa sawit adalah jenis  Oryctes rhinoceros.  Jenis ini   memang telah lama diketahui peranannya sebagai serangga pengganggu yang dapat menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit, terutama tanaman muda (TBM). Pembukaan lahan tanpa pembakaran ( zero   burning ) disinyalir dapat meningkatkan kemungkinan s...

Lima Pengeluaran Menakutkan dalam Hidup

Artikel yang sangat bermanfaat ini, saya ambil dari situs AturDuit.com.. silakan dipelajari.. Sesuatu yang menakutkan bukan saja berupa makhluk halus atau menghadapi kawanan pencuri, tetapi mengeluarkan uang untuk pembelian yang salah. Ketika Anda menguras kocek untuk membeli barang yang telah diidamkan rasanya sungguh bahagia. Tetapi, Anda harus berhati-hati dalam menguras kocek, bisa saja itu menjadi pengeluaran paling menakutkan seumur hidup. Beberapa pengeluaran seperti membeli  rumah , investasi, biaya pendidikan bisa saja menjadi mubazir apabila tidak dapat dikelola dengan benar. Terkadang pengeluaran untuk hal-hal tersebut jadi petaka bila Anda salah langkah dan tak berpikir cerdik. Agar tidak salah langkah, kami akan memberikan penjelasan cara menghindari pengeluaran paling menakutkan seumur hidup Anda. 1.Membeli rumah Bagi setiap orang, rumah merupakan salah satu kebutuhan hidup. Membeli rumah tentu harus banyak pertimbangan dan tidak bisa diputuskan dalam waktu sekej...

DOWNY MILDEW (PENYAKIT EMBUN BULU/BUSUK DAUN) PADA TANAMAN LABU-LABUAN

Pendahuluan Downy mildew atau busuk daun (embun bulu) merupakan salah satu penyakit penting tanaman cucurbitaceae. Petani di daerah Kediri dan sekitarnya menyebut penyakit ini dengan sebutan Penyakit Trotol atau Kresek. Bisa dipahami jika petani menyebutnya demikian, karena sebutan tersebut didasarkan pada gejala dan akibatnya terhadap tanaman. Daun tanaman yang terserang oleh penyakit ini akan menunjukkan gejala bercak berwarna kuning agak bersudut, seperti mengikuti alur tulang daun dan dapat menyerang dalam satu daun secara terpisah-pisah. Jika serangan penyakit parah, daun-daun tersebut dapat mengering sehingga daun akan mudah hancur dan mengeluarkan bunyi “renyah” menyerupai suara plastik kresek jika diremas. Meskipun dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada daun, penyakit ini tidak dapat menyerang dan membuat kerusakan buah secara langsung. Penurunan produktifitas buah disebabkan oleh kinerja daun yang terganggu karena kerusakan sel-selnya (nekrosis), dengan demikian per...