Langsung ke konten utama

Nematoda Luka Akar (Root Lesion Nematode)

Pendahuluan

Nematoda luka akar (Pratylenchus sp.) merupakan penyebab penyakit penting ketiga dalam kelas nematoda di samping nematoda sista kuning (Globodera sp.) dan nematoda puru akar (Meloidogyne sp.). Nematoda luka akar memiliki banyak jenis dan bersifat kosmopolit, sehingga dapat ditemui hampir pada semua jenis tanaman. Swibawa (2005), menemukan keberadaan Pratylenchus sp. pada lima jenis tata guna lahan dari tujuh jenis tata guna lahan yang menjadi objek penelitiannya.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa nematoda ini merupakan masalah serius pada lahan pertanian. Beriku ini adalah Klasifikasi, ciri morfologi, bioekologi dan arti penting Nematoda Luka Akar bagi usaha pertanian.

Klasifikasi
Klasifikasi nematoda luka akar (root lesion nematode) menurut Siddiqi (2000)
adalah sebagai berikut;
Bangsa : Thylenchida
Suku : Pratylenchidae
Anak Suku : Pratylenchinae
Marga : Pratylenchus
Jenis : Pratylenchus sp.

Ciri Morfologi
Nematoda luka akar (Pratylenchus sp.) merupakan nematoda yang berukuran sangat kecil di antara nematoda parasit tumbuhan lain. Ukuran panjang dan lebar tubuhnya adalah yang terkecil setelah Paratylenchus sp. Lebar tubuh nematoda ini antara 40 μm hingga 160 μm (Whitehead, 1998), dengan panjang tubuh antara 0,4-0,7 mm, sedangkan diameter tubuh 20 -25 μm (Agrios, 1997). Pada beberapa jenis kedua kelamin terpisah, tetapi beberapa jenis yang lain jenis kelamin jantan tidak terdapat. Bentuk nematoda ini pada umumnya memanjang, bagian ujung anterior kepala mendatar, dengan kerangka kepala yang kuat, mempunyai stilet pendek dan kuat, panjangnya 14-20 μm dengan basal knop yang jelas. Kelenjar esofagusnya tumpang tindih dengan usus pada bagian ventral. Muara lubang ekskresi berada di dekat daerah pertemuan esofagus dan usus. Vulva terdapat di daerah posterior. Betina mempunyai gonad tunggal dan mempunyai kantong pasca vulva yang pendek. Anulasinya halus dan mempunyai empat garis lateral, tetapi ada juga jenis yang mempunyai hingga delapan. Ekornya lebar, ujungnya
membulat dan runcing, panjang 3,5-9% dari panjang tubuh. Nematoda jantan biasanya lebih kecil daripada yang betina (Dropkin, 1996).

Bioekologi
Berdasarkan organ tanaman yang diserang dan cara memarasit tanaman, nematoda luka akar (Pratylenchus sp.) oleh Brown et al. (1980), dikelompokkan ke dalam golongan nematoda endoparasit yang berpindah-pindah (migratory endoparasites). Nematoda masuk ke dalam akar tanaman yang diserang dan tetap
aktif di dalamnya. Setelah berhasil menginfeksi akar tanaman, nematoda menyerang kortek akar tanaman, di dalam akar nematoda aktif dan bergerak, membuat lubang-lubang dan saluran-saluran yang digunakan untuk mengumpulkan telur-telurnya baik secara tunggal atau dalam kelompok kecil. Sebelum melakukan penetrasi pada akar, nematoda kadang-kadang berada di sekitar permukaan akar dan di rambut-rambut akar. Kerusakan kecil pada awalnya adalah menguning, kemudian berubah warna menjadi coklat-kehitaman.
Kerusakan tersebut timbul di tempat nematoda masuk dan makan di dalam akar, di dalam akar nematoda memakan sel, membuat saluran dan lubang sehingga, menjadikan akar tanaman nekrosis (Whitehead, 1998).

Nematoda aktif mulai juvenil 2-4 dan dewasa melakukan penetrasi akar tanaman secara langsung, kemudian nematoda masuk ke dalam kortek akar. Setelah masuk nematoda bereproduksi dan bergerak aktif di dalamnya, sehingga aktifitas seperti ini menyebabkan jaringan akar busuk, hancur dan patah. Jika akar sudah tidak dapat dijadikan inang, nematoda kemudian keluar dari akar yang sudah busuk dan rusak tersebut. Nematoda yang keluar ini dapat menginfeksi akar tanaman lain yang sehat dalam satu pohon atau antar pohon. Kemungkinan lain nematoda meletakkan telur-telurnya di luar akar (tanah) sampai telur-telur tersebut menjadi juvenil dan bergerak di dalam tanah untuk mencari inang baru. Terlihat pada gambar, semua tingkatan juvenil dari juvenil satu sampai dengan juvenil empat dan dewasanya dapat melakukan penetrasi pada inang secara langsung.

Nematoda bergerak di dalam tanah diantara pori-pori dengan diameter 20-30 mili mikron atau lebih (Dropkin, 1996). Nematoda dapat menyelesaikan satu generasi dalam waktu 3-4 minggu jika kondisi lingkungan mendukung bagi perkembangannya, (Agrios, 1996). Menurut Brown et al., (1980), nematoda luka akar melengkapi siklus hidupnya dalam waktu 45 hingga 65 hari. Namun , perkembangan ini juga dapat dipengaruhi oleh jenis nematoda, tanaman inang dan temperatur tanah (Whitehead, 1998). Sebagai contoh, P. brancyurus dan P. zeae berkembang lebih cepat pada suhu 28-35 derajat Celcius, jika dibandingkan dengan suhu 15-25 derajat Celcius dan melengkapi siklus hidup dalam waktu 35-45 hari (Agrios, 1997). Satrahidayat (1992), menggolongkan pengaruh suhu terhadap nematoda dalam lima kategori, yaitu; pertama, suhu yang rendah tapi tidak mematikan nematoda, suhu ini berkisar antara 5-150C; kedua, suhu optimum, yaitu suhu diantara 15-30 derajat Celcius; ketiga, suhu tinggi yang tidak dapat mematikan nematoda tapi menghambat perkembanganya, yaitu suhu antara 30-40 derajat Celcius; keempat, suhu tinggi yang dapat mematikan juvenil nematoda, yaitu suhu 53,3 derajat Celcius, dan suhu 58,3 derajat Celcius pada telur; kategori kelima adalah suhu rendah yang mematikan.

Selain temperatur tanah, kehidupan nematoda juga dipengaruhi oleh keberadaan filum air baik di dalam tanah atau dalam tanaman. Filum air berperan bagi mobilitas nematoda, menentukan inaktif dan tidaknya nematoda, bahkan berpengaruh terhadap mortalitasnya (Williams dan Bridge, 1983). Porositas, kelembaban, dan aerasi tanah juga berperan dalam keberlangsungan hidup nematoda (Sastrahidayat, 1992). Pada umumnya nematoda berada dilapisan tanah antara 15-30 cm, namun dapat berkembang baik jika tanah mempunyai banyak pori dan mempunyai cukup udara. Dari sisi biologi, nematoda luka akar mempunyai perbedaan dengan nematoda yang lain. Nematoda luka akar akan dapat berkembang biak lebih baik di dalam akar tanaman yang pertumbuhannya tidak baik. Tanaman yang mempunyai zat makanan minimal mendorong nematoda berkembang dibandingkan dengan tanaman yang menyediakan zat makanan optimal (Dropkin, 1996).

Menurut Buckman dan Brady (1982), disamping persaingan antara mikroorganisme dan tanaman tingkat tinggi, terdapat pula persaingan antar mikroorganisme. Jika bahan organik ditambahkan, organisme heterotrop tanah yang dominan akan menggeser bakteri autotrof. Beberapa mikroorganisme juga dapat menghasilkan senyawa yang dapat menghambat dan bahkan mematikan mikroba lain.

Nilai Ekonomi Nematoda Luka Akar
Sebagai penyakit penting tanaman pangan, nematoda luka akar menduduki urutan ke-3 setelah nematoda puru akar dan nematoda sista kuning. Nematoda ini mempunyai inang lebih dari 400 jenis tanaman (Davis dan MacGuidwin, 2006). Nematoda luka akar (Pratylenchus sp.) adalah nematoda yang dapat menyebabkan kerusakan berbagai tanaman penting seperti; nanas, jeruk, kentang, tembakau, kapas, jagung, pisang, kopi, apel, ubijalar, teh, alpukat, dan buah yam (Johnston dan Booth, 1983), kacang dan strawbery (Agrios, 1997), dan bersifat kosmopolitan sehingga dapat ditemukan di berbagai daerah yang beriklim panas dan tropik. Nematoda dapat juga berasosiasi dengan jamur dan bakteri seperti Pythium, Rhizoctonia, Phytophthora, Pseudomonas, Aspergillus dan Fusarium (Williams dan Bridge, 1983), Aphanomyces euteiches, Cylindrocarpon radicicola
Trichoderma viride dan Verticilium arbo-atrum dan dahlie (Whitehead, 1998). Akibat simbiosis tersebut, kerusakan yang ditimbulkan dapat menjadi lebih berat.

Daftar Pustaka
Agrios, G. N. 1997. Plant Pathology Fourth Edition, Academic Press. New York.

Buckman H. O. dan Brady, N. C. 1982. Ilmu Tanah (edisi terjemahan). PT.
Bhratara Karya Akasara, Jakarta.

Dropkin, V. H. 1992. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Gadjah Mada University.
Yogyakarta.

Sastrahidayat, I. R. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya
Swibawa. I. G., T. N. Aeny dan I. Mashyuda. 2005. The Effect of Land Use
Change on Plant Parasitic Nematode Community in Sumberjaya-Lampung,
Indonesia. Disampaikan pada Konferensi ICCS 20-22 September 2005 di
Universitas Brawijaya-Malang.

Williams, T. D. dan J. Bridge. 1983 Plant Pathologist’s Pocketbook Second
Edition. Commonwealth Agriculture Bureaux. The Canbrian News Ltd,
Queen Street, Aberystwyth, wales. Halaman 225-249.


Whitehead, A. G. 1998. Plant Nematode Control. CAB International. Cambridge
University Press. UK

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumbang Tanduk, Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae): Hama Utama Tanaman Kelapa Sawit

Aktifitas makan (serangan) kumbang tanduk dapat sangat merusak tanaman baik tanaman muda maupun tanaman yang sudah produktif, serangga ini juga dapat menyerang kelapa santan ( Cocos nucifera ) maupun kelapa sawit ( Elaeis guineensis ). Serangga menyerang semua bagian tanaman yang nampak/berada di atas permukaan tanah, baik batang, pelepah, maupun pucuk (titik tumbuh). Aktifitas makan tersebut menimbulkan lubang gerekan pada batang, pelepah dan daun yang membentuk menyerupai huruf "V" atau seperti kipas. Gejala serangan kumbang tanduk pada tanaman sawit muda (TBM) dan tanaman kelapa santan ( C. nucifera ) Kumbang tanduk yang dominan ditemukan pada tanaman kelapa sawit adalah jenis  Oryctes rhinoceros.  Jenis ini   memang telah lama diketahui peranannya sebagai serangga pengganggu yang dapat menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit, terutama tanaman muda (TBM). Pembukaan lahan tanpa pembakaran ( zero   burning ) disinyalir dapat meningkatkan kemungkinan serangan l

JENIS-JENIS JAMUR KONSUMSI (EDIBLE MUSHROOM)

Kebutuhan jamur konsumsi semakin hari semakin meningkat. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dab tehnologi saat ini, beberapa jamur konsumsi dapat dengan mudah dibudidayakan, antara lain jamur Shitake, jamur Champignon, jamur Merang, Jamur Kupimg dan jamur Tiram. Ini dia jenis-jenis jamur konsumsi: Jamur Kancing ( Agaricus bisporus ) Jamur kancing merupakan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia, sekitar 38% dari total produksi jamur dunia. Jamur kancing ( Agaricus bisporus ) atau champignon merupakan jamur pangan yang berbentuk hampir bulat seperti kancing dan berwarna putih bersih, krem, atau coklat muda. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai table mushroom , white mushroom , common mushroom atau cultivated mushroom . Di Perancis disebut sebagai champignon de Paris. Jamur kancing dijual dalam bentuk segar atau kalengan, biasanya digunakan dalam berbagai masakan Barat seperti omelet, pizza, kaserol, gratin, dan selada. Jamur kancing memiliki aroma unik

Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV)

Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) atau Virus kuning-keriting pada daun tanaman tomat merupakan salah satu anggota dari Virus yang tergolong dalam Suku Geminiviridae, Marga Begomovirus. Serangan TYLCV pada tanaman tomat dapat menyebabkan daun tanaman menggulung, mengeras, bertekstur kasar dan lebih tebal dibanding tanaman normal. Daun tanaman yang terserang juga akan mengalami klorosis ( yellowing ) dan mengkerut/keriting ( curly ). Gangguan tersebut hanya dapat terjadi pada daun baru yang terbentuk setelah tanaman terinfeksi, sedangkan daun tua tetap dan tidak mengalami penyusutan. Hal ini yang menyebabkan tanaman tampak ganjil karena daun pada bagian bawah tanaman tampak lebih lebat jika dibandingkan daun yang berada pada bagian atas. Tanaman rentan yang terserang pada fase perkembangan generatif dapat menyebabkan tanaman kerdil (stunting), jika serangan berlangsung hingga fase generatif maka buah yang dihasilkan akan berukuran kecil. Penyebaran TYLCV TYLCV tidak menular me