Langsung ke konten utama

Attitude "tepo sliro" dalam dunia kerja

Menempatkan diri di tempat yang tepat sesuai posisinya (tepo sliro) memang tidak mudah tetapi bukan berarti tak mungkin.

Malam ketika saya bercakap-cakap dengan beberapa teman saya sempat mengungkapkan pemikiran saya tetang perlunya penciptaan kondisi yang membudayakan bawahan harus menempatkan dirinya sebagai "bawahan" dan seharusnya memiliki budaya kerja tertentu yang tidak bisa disamakan dengan atasan.

Pekerjaan harian tidaklah sama dengan staf. Pekerja harian harus dapat menempatkan dirinya di tempat yang berbeda dengan staf (yang bisa dibilang sebagai atasan), karena staf bisa meminta "tolong" (memerintah) pekerja harian untuk melakukak sesuatu demi kelancaran pekerjaan staf tetapi tidak bisa sebaliknya. Pekerja harian juga harus menyesuaikan jam istirahat dengan jam istirahat jam staf. Kedekatan pekerja harian dengan staf tidak boleh diartikan bahwa mereka bisa berbuat seenaknya tanpa memiliki rasa "sungkan".

Kesamaan antara keduanya hanyalah terkait budaya kerja dlam porsi yang berbeda. Contoh simpel adalah datang tepat waktu. Semua karyawan (staf ataupun harian/
outsourcesing) harus datang tepat pada waktu dan menghormati ketentuan perusahaan. Tidak bisa kemudian pekerja harian mengikuti jam kerja staf. Pekerja harian dapat pulang tepat waktu, jika berlebih atas persetujuan dan atau permintaan maka dihitung sebagai lembur (sebagian) staf pada perusahaan yang berbeda jika menggunakan waktu berlebih tidak dihitung sebagai lembur (over time) tetapi kesamaannya adalah, semua karyawan harus pulang minimal pada jam yang telah ditentukan.

Dengan proporsi jam kerja yang berbeda, maka memungkinkan pula terjadinya perbedaan beban pekerjaan.

Inti dari semua permaslahan, adalah bahwa pekerja harian bekerja secara kuantitaif selain juga dituntut berkualitas tetapi staf bekerja berdasrkan tanggung jawab kualitas yang dituntut memiliki kuatitas lebih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumbang Tanduk, Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae): Hama Utama Tanaman Kelapa Sawit

Aktifitas makan (serangan) kumbang tanduk dapat sangat merusak tanaman baik tanaman muda maupun tanaman yang sudah produktif, serangga ini juga dapat menyerang kelapa santan ( Cocos nucifera ) maupun kelapa sawit ( Elaeis guineensis ). Serangga menyerang semua bagian tanaman yang nampak/berada di atas permukaan tanah, baik batang, pelepah, maupun pucuk (titik tumbuh). Aktifitas makan tersebut menimbulkan lubang gerekan pada batang, pelepah dan daun yang membentuk menyerupai huruf "V" atau seperti kipas. Gejala serangan kumbang tanduk pada tanaman sawit muda (TBM) dan tanaman kelapa santan ( C. nucifera ) Kumbang tanduk yang dominan ditemukan pada tanaman kelapa sawit adalah jenis  Oryctes rhinoceros.  Jenis ini   memang telah lama diketahui peranannya sebagai serangga pengganggu yang dapat menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit, terutama tanaman muda (TBM). Pembukaan lahan tanpa pembakaran ( zero   burning ) disinyalir dapat meningkatkan kemungkinan serangan l

JENIS-JENIS JAMUR KONSUMSI (EDIBLE MUSHROOM)

Kebutuhan jamur konsumsi semakin hari semakin meningkat. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dab tehnologi saat ini, beberapa jamur konsumsi dapat dengan mudah dibudidayakan, antara lain jamur Shitake, jamur Champignon, jamur Merang, Jamur Kupimg dan jamur Tiram. Ini dia jenis-jenis jamur konsumsi: Jamur Kancing ( Agaricus bisporus ) Jamur kancing merupakan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia, sekitar 38% dari total produksi jamur dunia. Jamur kancing ( Agaricus bisporus ) atau champignon merupakan jamur pangan yang berbentuk hampir bulat seperti kancing dan berwarna putih bersih, krem, atau coklat muda. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai table mushroom , white mushroom , common mushroom atau cultivated mushroom . Di Perancis disebut sebagai champignon de Paris. Jamur kancing dijual dalam bentuk segar atau kalengan, biasanya digunakan dalam berbagai masakan Barat seperti omelet, pizza, kaserol, gratin, dan selada. Jamur kancing memiliki aroma unik

Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV)

Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) atau Virus kuning-keriting pada daun tanaman tomat merupakan salah satu anggota dari Virus yang tergolong dalam Suku Geminiviridae, Marga Begomovirus. Serangan TYLCV pada tanaman tomat dapat menyebabkan daun tanaman menggulung, mengeras, bertekstur kasar dan lebih tebal dibanding tanaman normal. Daun tanaman yang terserang juga akan mengalami klorosis ( yellowing ) dan mengkerut/keriting ( curly ). Gangguan tersebut hanya dapat terjadi pada daun baru yang terbentuk setelah tanaman terinfeksi, sedangkan daun tua tetap dan tidak mengalami penyusutan. Hal ini yang menyebabkan tanaman tampak ganjil karena daun pada bagian bawah tanaman tampak lebih lebat jika dibandingkan daun yang berada pada bagian atas. Tanaman rentan yang terserang pada fase perkembangan generatif dapat menyebabkan tanaman kerdil (stunting), jika serangan berlangsung hingga fase generatif maka buah yang dihasilkan akan berukuran kecil. Penyebaran TYLCV TYLCV tidak menular me