Ada sedikit perbedaan karakter antara pengamen yg beroperasi di bus ekonomi Jurusan Malang-Surabaya dan Jombang-Surabaya.
Dalam beberapa kali kesempatan saya amati, pengamen yg beroperasi di Jurusan Jombang ke Surabaya lebih agamis jika dibandingkan dengan pengamen-pengamen di Jurusan Malang dari dan ke Surabaya. Pengamen-pengamen Jombang-Surabaya biasa membubuhkan kalimat-kalimat afektif tentang shodaqoh, walaupun tetap saja lagu yang dinyanyikannya dangdut koplo yg tidak ada unsur dakwahnya. Entah mereka menggunakan agama sebagai alat atau memang menjual agama untuk kepentingan pribadi, yang jelas, satu pengamen laki-laki yg saat saya menuliskan ini, dia menggunakan kalung berwarna emas di lehernya dan tato bertulis 'ROMANSA' di lengan kiri. Dalam kesempatan yang lain juga saya temui ada yang bahkan bersalawat dengan pakaian sopan.
Pengamen yang berada di kawasan Malang terkesan lebih 'biasa saja'. Pakaian yang digunakan seperti layaknya orang biasa, namun lagu-lagu yang dibawakannya lebih variatif dengan dominasi lagu-lagu masa kini. mungkin juga karena kebanyakan pengamen di daerah itu lebih banyak pemuda.
Lain Jombang, lain Malang, beda pula dengan pengamen bus kota di Surabaya. Lagu-lagu yang dinyanyikan mereka lebih banyak merupakan lagu-lagu balada seperti Iwan Fals atau lagu Rock baik 'hard' maupun 'slow'. Pakainnya juga sesuai, sedikit lusuh tak jarang juga yang mengenakan celana compang-camping sebagai 'trade merk atau TM'.
Apakah kemudian perbedaan-perbedaan itu merupakan representasi wilayah yang dihuni? Jadi, secara tak sadar mereka meng'imitasi' tokoh atau kebiasaan di lingkungannya masing-masing??
Dalam beberapa kali kesempatan saya amati, pengamen yg beroperasi di Jurusan Jombang ke Surabaya lebih agamis jika dibandingkan dengan pengamen-pengamen di Jurusan Malang dari dan ke Surabaya. Pengamen-pengamen Jombang-Surabaya biasa membubuhkan kalimat-kalimat afektif tentang shodaqoh, walaupun tetap saja lagu yang dinyanyikannya dangdut koplo yg tidak ada unsur dakwahnya. Entah mereka menggunakan agama sebagai alat atau memang menjual agama untuk kepentingan pribadi, yang jelas, satu pengamen laki-laki yg saat saya menuliskan ini, dia menggunakan kalung berwarna emas di lehernya dan tato bertulis 'ROMANSA' di lengan kiri. Dalam kesempatan yang lain juga saya temui ada yang bahkan bersalawat dengan pakaian sopan.
Pengamen yang berada di kawasan Malang terkesan lebih 'biasa saja'. Pakaian yang digunakan seperti layaknya orang biasa, namun lagu-lagu yang dibawakannya lebih variatif dengan dominasi lagu-lagu masa kini. mungkin juga karena kebanyakan pengamen di daerah itu lebih banyak pemuda.
Lain Jombang, lain Malang, beda pula dengan pengamen bus kota di Surabaya. Lagu-lagu yang dinyanyikan mereka lebih banyak merupakan lagu-lagu balada seperti Iwan Fals atau lagu Rock baik 'hard' maupun 'slow'. Pakainnya juga sesuai, sedikit lusuh tak jarang juga yang mengenakan celana compang-camping sebagai 'trade merk atau TM'.
Apakah kemudian perbedaan-perbedaan itu merupakan representasi wilayah yang dihuni? Jadi, secara tak sadar mereka meng'imitasi' tokoh atau kebiasaan di lingkungannya masing-masing??
Komentar
Posting Komentar