Langsung ke konten utama

Sebuah analogi untuk sebuah kondisi

Dua hari sudah saya menunggangi motor pribadi saya setelah servis rutin, bukan motor baru. Rasanya seperti sedang menungganginya 1,5 tahun yang lalu, laju motor jadi lebih cepat, tarikan gasnya jadi lebih enteng dan sepertinya bensin juga lebih irit. Beda dengan hari-hari sebelumnya, tarikan gasnya serasa berat minta ampun. Sekarang, melaju dengan kecepatan 80 saja sudah pikir-pikir.

Kalau ditelusuri lebih dalam saya menangkap ada 2 alasan kenapa motor saya jadi lebih enak dikendarai dari sebelumnya. Alasan pertama adalah, mengembalikan elemen-elemen penting motor sehingga berfungsi sebagaimana mestinya dan alasan kedua adalah penggantian elemen-elemen yang sudah aus atau memang sudah saatnya diganti, seperti oli dan kabel gas yang kata montirnya sudah karatan. "mas, kabel gasnya sudah karatan, harus diganti" kata montir tadi. Sebagai pemilik yang saat servis masih berada pada posisi tanggal tua saya mencoba mempertimbangkan kembali harganya. Setelah memastikan ternyata harganya tak terlalu mahal di kantong, saya putuskan untuk menggantinya. Ini saya lakukan agar kinerjanya bisa bertahan lama.

Sambil naik motor dan merasakan perbedaan kinerja motor yang barusan selesei masuk bengkel, tiba-tiba saja pikiran saya melayang menganalogikan  kondisi perusahaan tempat saya bekerja, apalagi setelah ditinggal satu orang staf yang kemaren resign dari perusahaan pindah ke perusahaan  lain yang berani membayar lebih mahal dan fasilitas wah!

Dia (teman yang resign tadi) merupakan contoh faktual elemen yang tidak terjaga dengan baik sehingga lepas. Sebuah kerugian tentunya bagi perusahaan, karena karirnya di perusahaan relatif sudah lama, 5 tahun lebih. Paling tidak dia sudah memegang rahasia perusahaan dan menguasai materi. Kerugian perusahaan yang pertama adalah karena perusahaan harus mencari penggantinya yang kalau bisa berpengalaman, namun sepertinya ini sulit. Kerugian kedua adalah solusi yang relatif lebih gampang, yaitu mencari profesionalis "hijau". Yang mudah dicari memang mengandung resiko dan konsekuensi. Resiko dan konsekuensinya adalah, profesionalis tadi harus memulai semua dari nol, dan kemudian mengembangkannya lagi. Butuh waktu lama untuk membentuknya menjadi profesionalis handal. Dari sini sudah dapat dilihat kerugian perusahaan, yakni berputar-putarnya roda kemajuan. Bagaimana akan bergerak maju kalau roda bergerak tanpa rantai?.

Jika perusahaan adalah sebuah mesin, maka tentu ada elemen-elemennya yang harus disegarkan kembali untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Dan, perusahaan perlu mengganti jika memang ada elemen tertentu yang sudah tidak mampu memberikan kontribusi atau mempengaruhi kinerja perusahaan. Tetapi bukan "lepas" dan hilang yang ternyata elemen itu esensial bagi perputaran kemajuan nasib perusahaan.

Kesamaan antar keduanya tentu bagaimana pemilik motor dan pemilik sumber daya di perusahaan (karyawan/staf) bisa merawat atau menjaga kondisinya agar bisa maksimal bekerja dalam 5 atau 10 tahun lagi.
Kenapa 10 tahun? menurut Malcolm dalam buku yang ditulisnya, Outlier, untuk menjadi sukses diperlukan 10.000 jam latihan yang kira-kira setara dengan 10 tahun. Oleh sebab itulah seorang pimpinan perusahaan harus bisa menjaga anak buahnya hingga selama itu atau lebih. Jadi, dengan waktu sebanyak itu diharapkan sesorang akan bisa berkontribusi nyata bagi perusahaan. Apabila pimpinan tidak mampu menjaga loyalitas itu, maka jalannya kemajuan akan tersendat dan hanya akan berputar-putar saja.

Karena elemen-elemen perusahaan berisi makhluk hidup yang memiliki nalar berpikir dan kebutuhan, berbeda dengan motor maka, cara refreshing-nya pun tentu berbeda. Menjaga kinerja motor dapat dilakukan dengan servis rutin tiap 2 bulan atau tiap perjalanan 2000 km, dan mengganti spare part yang dirasa sudah tidak layak guna lagi. Namun tidak demikian dengan manusia, pemilik SDM harus bisa menjaga loyalitas.

Bagaimana anda bisa menjaga loyalitas itu? tentu anda harus memenuhi kebutuhan sesuai tuntutan hidup dan beban kerjanya. Termasuk motivasi dan apresiasi prestasi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumbang Tanduk, Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae): Hama Utama Tanaman Kelapa Sawit

Aktifitas makan (serangan) kumbang tanduk dapat sangat merusak tanaman baik tanaman muda maupun tanaman yang sudah produktif, serangga ini juga dapat menyerang kelapa santan ( Cocos nucifera ) maupun kelapa sawit ( Elaeis guineensis ). Serangga menyerang semua bagian tanaman yang nampak/berada di atas permukaan tanah, baik batang, pelepah, maupun pucuk (titik tumbuh). Aktifitas makan tersebut menimbulkan lubang gerekan pada batang, pelepah dan daun yang membentuk menyerupai huruf "V" atau seperti kipas. Gejala serangan kumbang tanduk pada tanaman sawit muda (TBM) dan tanaman kelapa santan ( C. nucifera ) Kumbang tanduk yang dominan ditemukan pada tanaman kelapa sawit adalah jenis  Oryctes rhinoceros.  Jenis ini   memang telah lama diketahui peranannya sebagai serangga pengganggu yang dapat menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit, terutama tanaman muda (TBM). Pembukaan lahan tanpa pembakaran ( zero   burning ) disinyalir dapat meningkatkan kemungkinan serangan l

JENIS-JENIS JAMUR KONSUMSI (EDIBLE MUSHROOM)

Kebutuhan jamur konsumsi semakin hari semakin meningkat. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dab tehnologi saat ini, beberapa jamur konsumsi dapat dengan mudah dibudidayakan, antara lain jamur Shitake, jamur Champignon, jamur Merang, Jamur Kupimg dan jamur Tiram. Ini dia jenis-jenis jamur konsumsi: Jamur Kancing ( Agaricus bisporus ) Jamur kancing merupakan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia, sekitar 38% dari total produksi jamur dunia. Jamur kancing ( Agaricus bisporus ) atau champignon merupakan jamur pangan yang berbentuk hampir bulat seperti kancing dan berwarna putih bersih, krem, atau coklat muda. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai table mushroom , white mushroom , common mushroom atau cultivated mushroom . Di Perancis disebut sebagai champignon de Paris. Jamur kancing dijual dalam bentuk segar atau kalengan, biasanya digunakan dalam berbagai masakan Barat seperti omelet, pizza, kaserol, gratin, dan selada. Jamur kancing memiliki aroma unik

Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV)

Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) atau Virus kuning-keriting pada daun tanaman tomat merupakan salah satu anggota dari Virus yang tergolong dalam Suku Geminiviridae, Marga Begomovirus. Serangan TYLCV pada tanaman tomat dapat menyebabkan daun tanaman menggulung, mengeras, bertekstur kasar dan lebih tebal dibanding tanaman normal. Daun tanaman yang terserang juga akan mengalami klorosis ( yellowing ) dan mengkerut/keriting ( curly ). Gangguan tersebut hanya dapat terjadi pada daun baru yang terbentuk setelah tanaman terinfeksi, sedangkan daun tua tetap dan tidak mengalami penyusutan. Hal ini yang menyebabkan tanaman tampak ganjil karena daun pada bagian bawah tanaman tampak lebih lebat jika dibandingkan daun yang berada pada bagian atas. Tanaman rentan yang terserang pada fase perkembangan generatif dapat menyebabkan tanaman kerdil (stunting), jika serangan berlangsung hingga fase generatif maka buah yang dihasilkan akan berukuran kecil. Penyebaran TYLCV TYLCV tidak menular me