Serangga Thrips digolongkan ke dalam ordo Thysanoptera. Beberapa thrips dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman melalui aktivitas makannya yang mungkin akan meninggalkan tanda yang dapat dilihat seperti Silvering Leaf. Sedikit diantaranya menularkan virus tanaman. Virus tanaman yang ditularkan thrips dapat menyebabkan penyakit serius pada berbagai tanaman dan pengaruhnya terasa besar bagi dunia
Morfologi Thrips
Thrips merupakan serangga yang berukuran sangat kecil, ukuran tubuhnya hanya berkisar antara 0,5 hingga 5 mm. Serangga dewasa biasanya memiliki dua pasang sayap yang tipis. Sekitar 5000 jenis thrips saat ini telah diketahui dan bilangan ini mungkin hanya representasi dari 60% dari keseluruhan jumlahnya di dunia. Jenis thrips yang menjadi hama pada tanaman kebanyakan termasuk dalam golongan Thripidae. Jenis thrips yang telah diketahui dapat menjadi vektor virus tanaman semuanya termasuk dalam kelompok Thripidae, sub-suku Thripinae. Sub-suku ini memiliki 1400 jenis dalam 230 marga.
Jenis-jenis thrips yang tergolong dalam marga Thrips, Frankliniella, Scirtothrips, Microcephalothrips, dan Ceratothripoides telah diketahui dapat menyebarkan virus tanaman. Thrips merupakan marga yang memiliki anggota paling luas dengan jumlah 275 jenis yang telah terdapaftar di seluruh dunia, kemudian marga Frankliniella menempati urutan kedua dengan jumlah jenis kurang lebih sebanyak 180. Hanya sedikit jenis thrip yang dapat menularkan virus, yaitu sekitar 0,2% dari keseluruhan jumlahnya itu. Enam jenis dari marga Frankliniella, tiga jenis dari marga Thrips, dan masing-masing satu jenis dari marga Scirtothrips dan Ceratothripoides telah diketahui menjadi vektor virus tanaman.
Bioekologi Thrips
Thrips betina meletakkan telurnya secara tunggal di dalam jaringan tanaman inang. Setelah kira-kira tiga hari, telur menetas (sering terjadi pada pagi hari) dan muncul larva instar satu, satu hingga dua hari kemudian menjadi larva instar dua. Stadia ini berakhir antara 2-4 hari dan pada akhirnya larva ini tidak makan sama sekali. Larva yang tidak makan ini akan meninggalkan tanaman dan pergi bersembunyi ke dalam tanah sehingga muncul instar tiga (stadia prepupa), 1-2 hari kemudian menjadi instar keempat. Setelah 2-3 hari, larva tersebut muncul sayap dan kembali makan (Dijkstra and C.P. de Jager, 1998).
Lamanya siklus hidup tersebut dipengaruhi oleh temperatur, pada kondisi yang panas siklus hidup thrips berlangsung sekitar 20 hari, mulai telur hingga dewasa. Thrips dewasa kemudian menyebar. Larva dan dewasa menggunakan cara makan yang sama yaitu, menusuk dan menghisap. Thrips membuat lubang dengan mandibulata tunggal pada permukaan tanaman, memasukkan maxila dan kemudia menghisap cairan tanaman.
Tospovirus (virus) yang berada di dalam tubuh thrips didapatkannya melalui aktivitas makan pada saat larva satu dan permulaan larva kedua ketika terjadi hubungan sementara antara mid-gut , visceral muscle dan kelenjar ludah. Virus yang berada di dalam tubuh serangga tersebut kemudian masuk lagi ke dalam tubuh serangga melalui ludah pada saat serangga dewasa makan. Masa akuisisi dan inokulasi terjadi secara laten sebelum kemudian dapat ditularkan selama virus bermultiplikasi. Dalam hal ini, sebenarnya serangga juga terserang, namun sistem kekebalan serangga mulai aktif setelah terinfeksi.
Serangga dewasa akan mengandung virus selama hidupnya, kurang lebih berkisar antara 20-40 hari. walaupun thrips dewasa non-virulivirus tidak menampakkan telah mengandung virus saat makan pada tanaman terinfeksi. Hal ini menunjukkan bahwa, thrips mungkin memiliki makan dan produksi tospovirus tanaman terinfeksi.
Morfologi Thrips
Thrips merupakan serangga yang berukuran sangat kecil, ukuran tubuhnya hanya berkisar antara 0,5 hingga 5 mm. Serangga dewasa biasanya memiliki dua pasang sayap yang tipis. Sekitar 5000 jenis thrips saat ini telah diketahui dan bilangan ini mungkin hanya representasi dari 60% dari keseluruhan jumlahnya di dunia. Jenis thrips yang menjadi hama pada tanaman kebanyakan termasuk dalam golongan Thripidae. Jenis thrips yang telah diketahui dapat menjadi vektor virus tanaman semuanya termasuk dalam kelompok Thripidae, sub-suku Thripinae. Sub-suku ini memiliki 1400 jenis dalam 230 marga.
Jenis-jenis thrips yang tergolong dalam marga Thrips, Frankliniella, Scirtothrips, Microcephalothrips, dan Ceratothripoides telah diketahui dapat menyebarkan virus tanaman. Thrips merupakan marga yang memiliki anggota paling luas dengan jumlah 275 jenis yang telah terdapaftar di seluruh dunia, kemudian marga Frankliniella menempati urutan kedua dengan jumlah jenis kurang lebih sebanyak 180. Hanya sedikit jenis thrip yang dapat menularkan virus, yaitu sekitar 0,2% dari keseluruhan jumlahnya itu. Enam jenis dari marga Frankliniella, tiga jenis dari marga Thrips, dan masing-masing satu jenis dari marga Scirtothrips dan Ceratothripoides telah diketahui menjadi vektor virus tanaman.
Bioekologi Thrips
Thrips betina meletakkan telurnya secara tunggal di dalam jaringan tanaman inang. Setelah kira-kira tiga hari, telur menetas (sering terjadi pada pagi hari) dan muncul larva instar satu, satu hingga dua hari kemudian menjadi larva instar dua. Stadia ini berakhir antara 2-4 hari dan pada akhirnya larva ini tidak makan sama sekali. Larva yang tidak makan ini akan meninggalkan tanaman dan pergi bersembunyi ke dalam tanah sehingga muncul instar tiga (stadia prepupa), 1-2 hari kemudian menjadi instar keempat. Setelah 2-3 hari, larva tersebut muncul sayap dan kembali makan (Dijkstra and C.P. de Jager, 1998).
Lamanya siklus hidup tersebut dipengaruhi oleh temperatur, pada kondisi yang panas siklus hidup thrips berlangsung sekitar 20 hari, mulai telur hingga dewasa. Thrips dewasa kemudian menyebar. Larva dan dewasa menggunakan cara makan yang sama yaitu, menusuk dan menghisap. Thrips membuat lubang dengan mandibulata tunggal pada permukaan tanaman, memasukkan maxila dan kemudia menghisap cairan tanaman.
Tospovirus (virus) yang berada di dalam tubuh thrips didapatkannya melalui aktivitas makan pada saat larva satu dan permulaan larva kedua ketika terjadi hubungan sementara antara mid-gut , visceral muscle dan kelenjar ludah. Virus yang berada di dalam tubuh serangga tersebut kemudian masuk lagi ke dalam tubuh serangga melalui ludah pada saat serangga dewasa makan. Masa akuisisi dan inokulasi terjadi secara laten sebelum kemudian dapat ditularkan selama virus bermultiplikasi. Dalam hal ini, sebenarnya serangga juga terserang, namun sistem kekebalan serangga mulai aktif setelah terinfeksi.
Serangga dewasa akan mengandung virus selama hidupnya, kurang lebih berkisar antara 20-40 hari. walaupun thrips dewasa non-virulivirus tidak menampakkan telah mengandung virus saat makan pada tanaman terinfeksi. Hal ini menunjukkan bahwa, thrips mungkin memiliki makan dan produksi tospovirus tanaman terinfeksi.
Komentar
Posting Komentar