Langsung ke konten utama

Infeksi Downy Mildew pada Tanaman Timun

Salah satu kendala yang dihadapi petani dalam budidaya tanaman labu-labuan (cucurbiatceae) adalah serangan penyakit Downy Mildew. Downy Mildew atau penyakit trotol merupakan penyakit yang menyerang daun (foliar disease) disebabkan oleh infeksi Pseudoperonospora cubensis. Di alam, patogen ini bersifat obligat, yaitu hanya dapat hidup pada inang yang masih hidup. Penularannya (transmisi) terjadi dari tanaman sakit ke tanaman sehat melalui pergerakan angin, percikan air baik pada saat musim hujan maupun terbawa oleh petani pada saat bekerja di lahan. Usaha mencari varietas tahan terhadap serangan patogen ini masih terus dilakukan. Salah satu usaha pencarian varietas tahan tersebut dilakukan dengan melakukan uji ketahanan atau skrining terhadap varietas-varietas yang dihasilkan oleh para pemulia tanaman.

Downy mildew, merupakan penyakit yang menyerang daun (foliar disease) disebabkan oleh jamur/cendawan dari golongan oomycetes, Pseudoperonospora cubensis (Berk. and Curt.) Rostow. Downy Mildew merupakan salah satu patogen paling merusak (penting) pada tanaman suku cucurbitaceae.

Sejarah penemuan penyakit

Penyakit ini pertama kalinya dideskripsikan oleh di Cuba pada tahun 1868 (Berkeley and Curtis, 1868). Kemudian pada tahun 1903, Rostowzew melakukan penelitian mengenai tanaman timun yang terinfeksi di Rusia. Downy Mildew pada tanaman cucurbitaceae telah dilaporkan di Jepang pada tahun 1927 dan kemudian menyebar ke banyak negara yang menanam tanaman ini. Berkeley and Curtis (1868) menamakan patogen ini Peronospora cubensis. Nama ilmiah ini kemudian dirubah oleh Rostowzew pada tahun 1903 berdasarkan penelitiannya terhadap Downy Mildew pada tanaman timun di the Botanical Institute of Moscow. Dia mengusulkan penggantian nama patogen ini menjadi Pseudoperonospora cubensis. Alasan perubahan nama ini disebabkan karena adanya perbedaan diantara keduanya. Perbedaan utama di antara kedua marga Pseudoperonospora dan Peronospora ini adalah mekanisme perkecambahan sporanginya.

Jenis-jenis jamur yang tergolong dalam marga
Pseudoperonospora memproduksi spora aseksual yang disebut sporangia yang berkecambah dan melepaskan zoospora. Zoospora ini memiliki dua flagela (biflagellate) dan aktif bergerak (motile) di dalam air, sekali masuk (encyst) spora ini akan memproduksi germ tube yang masuk pada lubang stomata inangnya. Sedangkan, jenis-jeis jamur yang tergolong ke dalam marga Peronospora memproduksi spora aseksual yang berkecambah dengan munculnya germ tube, spora ini yang biasa disebut konidia. Germ tube yang dihasilkan konidia dapat secara langsung masuk ke dalam inangnya melalui lubang stomata.

Persebaran Penyakit

Downy Mildew pada tanaman cucurbiataceae tersebar luas di seluruh dunia (Palti and Cohen, 1980). Dua faktor utama yang mempengaruhi persebarananya adalah kondisi lingkungan dan kisaran inang. Penyakit ini telah tercatat kurang lebih di 70 negara, serangan paling berat terjadi di daerah yang lembab. Downy mildew pada tanaman cucurbitaceae dapat ditemukan di daerah dengan tipe geografi yang berbeda, mulai daerah dengan kondisi setengah kering (semi-arid) hingga tropis. Penyakit dapat juga ditemukan pada daerah bertemperatur rendah yang di sana tanaman timun tumbuh selama musim panas.

Timun adalah tanaman yang paling rentan dibandingkan dengan semua tanaman dari suku cucurbitacea dan telah banyak dilakukan penelitiannya di Asia, Africa, Eropa, Australia dan sejumlah negara di Amerika. Tanaman melon (
C. melo) dianggap agak lebih tahan terhadap serangan downy mildew, tetapi banyak laporan menyebutkan telah terjadi infeksi pada tanaman melon di lebih 50 negara. Tanaman lain yang rentan terhadap serangan P. cubensis adalah Cucurbita spp., Citrullus spp. dan Luffa spp.

Kondisi lingkungan memainkan peranan penting terhadap intensitas penyakit. Daun yang basah lebih kritis terhadap perkembangan penyakit dan jika daun tidak lembab, maka sporangia tidak akan berkecambah. Curah hujan, embun dan pengairan dapat menunjang kelembaban disekitar daun sehingga memadai bagi perkembangan penyakit. Penyakit ini juga dipenagruhi oleh suhu. Suhu ideal untuk infeksi patogen pada tanaman adalah 15° C, tetapi suhu yang berkisar antara 5 °C dan 30 °C sudah cukup jika daun cukup lembab.
Downy mildew pada tanaman Cucurbitaceae merupakan patogen yang bersifat parasit obligat (dengan pengecualian produksi oospora), patogen ini hanya dapat bertahan hidup pada jaringan tanaman inang yang masih hidup. Terdapat beberapa laporan mengenai oospora ini, dan kemungkinan eksistensinya dengan membentuk struktur bertahan untuk dapat melewati musim dingin. Walaupun ternyata kemungkinan ini tidak pernah terbukti.

Proses skrining

Metode skrining ketahanan tanaman terhadap penyakit dilakukan berdasarkan informasi bioekologi patogen. Karena bersifat Obligat, perbanyakan inokulum biasanya dilakukan pada tanaman hidup, begitu juga untuk maintenance sumber inokulum. Screener atau Plant Protectionist akan menanam tanaman yang masih dalam satu suku kemudian menularkan penyakit hingga di dapatkan sumber inokulum yang cukup.

Koleksi Sumber Inokulum

Daun yang terserang pada tanaman perbanyakan diambil untuk dikoleksi sporanya. Koleksi spora dilakukan dengan menyaput daun terserang bagian bawah dengan kuas lembut di dalam sebuah baki yang telah diberi air suling steril (aquadest steril). Setelah terkumpul cukup, diambil sampel larutan untuk dilakukan identifikasi untuk memastikan spesiesnya (jenis).

Larutan hasil saputan ini kemudian disemprotkan pada bibit tanaman (galur) yang akan diskrining ketahanannya terhadap serangan Downy Mildew. Pengamatan dilakukan terhadap intensitas keparahan daun terseranng. Semakin banyak daun yang terserang, maka tanaman tersebut dikatakan tidak tahan.

Penilaian

Penilaian ketahanan tanaman dilakukan dengan menggunakan teori Diseases Severity, yaitu tingkat keparahan serangan pada daun. Tingkat serangan dihitung berdasarkan banyak-nya bercak pada tiap helai ddaun dan banyaknya daun yang terinfeksi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumbang Tanduk, Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae): Hama Utama Tanaman Kelapa Sawit

Aktifitas makan (serangan) kumbang tanduk dapat sangat merusak tanaman baik tanaman muda maupun tanaman yang sudah produktif, serangga ini juga dapat menyerang kelapa santan ( Cocos nucifera ) maupun kelapa sawit ( Elaeis guineensis ). Serangga menyerang semua bagian tanaman yang nampak/berada di atas permukaan tanah, baik batang, pelepah, maupun pucuk (titik tumbuh). Aktifitas makan tersebut menimbulkan lubang gerekan pada batang, pelepah dan daun yang membentuk menyerupai huruf "V" atau seperti kipas. Gejala serangan kumbang tanduk pada tanaman sawit muda (TBM) dan tanaman kelapa santan ( C. nucifera ) Kumbang tanduk yang dominan ditemukan pada tanaman kelapa sawit adalah jenis  Oryctes rhinoceros.  Jenis ini   memang telah lama diketahui peranannya sebagai serangga pengganggu yang dapat menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit, terutama tanaman muda (TBM). Pembukaan lahan tanpa pembakaran ( zero   burning ) disinyalir dapat meningkatkan kemungkinan serangan l

JENIS-JENIS JAMUR KONSUMSI (EDIBLE MUSHROOM)

Kebutuhan jamur konsumsi semakin hari semakin meningkat. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dab tehnologi saat ini, beberapa jamur konsumsi dapat dengan mudah dibudidayakan, antara lain jamur Shitake, jamur Champignon, jamur Merang, Jamur Kupimg dan jamur Tiram. Ini dia jenis-jenis jamur konsumsi: Jamur Kancing ( Agaricus bisporus ) Jamur kancing merupakan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia, sekitar 38% dari total produksi jamur dunia. Jamur kancing ( Agaricus bisporus ) atau champignon merupakan jamur pangan yang berbentuk hampir bulat seperti kancing dan berwarna putih bersih, krem, atau coklat muda. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai table mushroom , white mushroom , common mushroom atau cultivated mushroom . Di Perancis disebut sebagai champignon de Paris. Jamur kancing dijual dalam bentuk segar atau kalengan, biasanya digunakan dalam berbagai masakan Barat seperti omelet, pizza, kaserol, gratin, dan selada. Jamur kancing memiliki aroma unik

Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV)

Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) atau Virus kuning-keriting pada daun tanaman tomat merupakan salah satu anggota dari Virus yang tergolong dalam Suku Geminiviridae, Marga Begomovirus. Serangan TYLCV pada tanaman tomat dapat menyebabkan daun tanaman menggulung, mengeras, bertekstur kasar dan lebih tebal dibanding tanaman normal. Daun tanaman yang terserang juga akan mengalami klorosis ( yellowing ) dan mengkerut/keriting ( curly ). Gangguan tersebut hanya dapat terjadi pada daun baru yang terbentuk setelah tanaman terinfeksi, sedangkan daun tua tetap dan tidak mengalami penyusutan. Hal ini yang menyebabkan tanaman tampak ganjil karena daun pada bagian bawah tanaman tampak lebih lebat jika dibandingkan daun yang berada pada bagian atas. Tanaman rentan yang terserang pada fase perkembangan generatif dapat menyebabkan tanaman kerdil (stunting), jika serangan berlangsung hingga fase generatif maka buah yang dihasilkan akan berukuran kecil. Penyebaran TYLCV TYLCV tidak menular me