Tau-kah anda, saya tidak pernah bermimpi akan hidup di Jakarta, saya juga tidak pernah berharap akan hidup di Jakarta! tapi, tau-kah anda? Setaun yang lalu, saya menginjakkan kaki ketiga kalinya di kota ini dan saya-pun tidak pernah tau sampai kapan akan bertahan di sini?, tapi, kenyataan berbicara lain, di ujung bulan ini, saya sudah menggenapi bilangan satu tahun hidup di Jakarta.
Jakarta, kota terbesar di republik tercinta ini adalah kota terangkuh yang pernah saya sambangi, kota yang dipenuhi dengan orang-orang miskin dan kaya, kota yang dipenuhi dengan orang-orang bodoh, orang-orang pinter dan mungkin orang-orang yang sok pinter, bahkan beda antara kedua-nya pun saya tidak tau.
Friksi nampak begitu jelas di kota ini, di seputaran rel kereta api, dengan mudahnya saya jumpai rumah tak layak huni, terpal kusut yang bolong-bolong ditindih dengan batu-batuan sebagai atap rumahnya. saya tidak bisa membayangkan betapa panasnya saat tengah hari, dan tentu bagaimana berisiknya rel kereta yang bertautan dengan roda-roda besi kereta api. Saya hanya bisa melongok di dalam kereta eksekutif yang nyaman tanpa asap rokok, pengamen, asongan, bau kecut dan tentu makanan yang gag jelas rasa atau-pun masa kadaluarsa. Di seberang sana, gedung-gedung tinggi menjulang seakan mencakar langit, sudah jelas pasti nyaman. Ruangan full AC, fasilitas eklusif!
Jakarta, adalah kota gila, kota yang terlalu sesak. Saya bilang, ini pesan saya: "jika anda tidak kaya, jangan datangi Jakarta!!" dengan kemiskinan yang anda bawa hingga Jakarta, anda akan menjadi sampah di sini, tinggal di trotoar jalan, di kolong jembatan atau di emperan toko yang setiap saat anda bisa dibuang ke tempat penampungan dinas sosial.
Jakarta, kota besar yang bukan tidak memiliki aturan, tapi begitu banyak aturan menjadi macan kertas, pelanggaran di mana-mana! bahkan lebih nampak seperti kota tanpa tata tertib. Lampu merah diterjang, walaupun ada polisi, pengendara tidak sedikit-pun takut memarkir kendaraannya di atas marka 'zebra cross', kalo saya jadi Polisi, mungkin saya sudah tersinggung karena tidak dianggap. Tapi, saya tidak tau apa perasaan bapak-bapak itu?? sampai-sampai, tabrakkan tepat di depan kantor polisi-pun, seperti perkara biasa.
Saya kemudian bertanya dalam hati, pos itu kosong atau emang polisi-nya tidur ya??!!
Jakarta, kota yang kotor! jembatan penyeberangan menjadi toilet terbuka gratis dan tempat sampah!
Jakarta,kota yang mahal! saking mahalnya, buang air kencing-pun anda harus bayar! jadi, jangan heran kalo di setiap bangunan atau tempat yang memiliki sudut, aromanya sama seperti kakus, bau pesing!! itu salah satu ciri mahalnya kota ini.
Jakarta, kota pengap! tidak ada kabut atau embun.. yang ada hanya-lah kepulan asap kendaraan bermotor! udara di kota ini sangat menyesakkan, berat!
Jakarta, tidak juga melulu tentang kebobrokkan dan atau keangkuhan, ada juga persaudaraan, empati, simpati dan masih banyak lagi. walaupun jarang!
Saya hanya berharap, suatu saat Jakarta menjadi kota yang diidamkan banyak orang! dan saya mungkin akan memilih untuk tidak bertahan di kota ini, tapi saya berharap kota kecil yang didiami oleh orang-orang yang 'care' sama tetanngga-nya, kota kecil yang bersahaja, dihuni oleh penduduk yang sopan, tidak membunyikan klakson atau ngebut di jalanan dengan suara mesin cempreng yang memekak-kan telinga. saya juga mungkin akan memilih kota yang agak redup dari suara bising sirine ambulance atau mobil pemadam kebakaran.
Saya, mungkin akan lebih memilih kota kecil yang ditumbuhi banyak pohon-pohon rindang yang mensuplai banyak oksigen buat paru-paru saya, bukan tumpukan sampah dan gedung-gedung tinggi. Saya mendambakan kota kecil yang tenang, agar pemompaan darah ke jantungku konstan, tertata rapi. Kota favorit-ku dilingkupi view pegunungan dan perairan kecil dengan suhu yang hangat, tidak sedingin ruangan kantor tempat saya bekerja sekarang dan tidak sepanas jalanan saat terik matahari.
amin..
Satu Tahun di Jakarta!
Jakarta, kota terbesar di republik tercinta ini adalah kota terangkuh yang pernah saya sambangi, kota yang dipenuhi dengan orang-orang miskin dan kaya, kota yang dipenuhi dengan orang-orang bodoh, orang-orang pinter dan mungkin orang-orang yang sok pinter, bahkan beda antara kedua-nya pun saya tidak tau.
Friksi nampak begitu jelas di kota ini, di seputaran rel kereta api, dengan mudahnya saya jumpai rumah tak layak huni, terpal kusut yang bolong-bolong ditindih dengan batu-batuan sebagai atap rumahnya. saya tidak bisa membayangkan betapa panasnya saat tengah hari, dan tentu bagaimana berisiknya rel kereta yang bertautan dengan roda-roda besi kereta api. Saya hanya bisa melongok di dalam kereta eksekutif yang nyaman tanpa asap rokok, pengamen, asongan, bau kecut dan tentu makanan yang gag jelas rasa atau-pun masa kadaluarsa. Di seberang sana, gedung-gedung tinggi menjulang seakan mencakar langit, sudah jelas pasti nyaman. Ruangan full AC, fasilitas eklusif!
Jakarta, adalah kota gila, kota yang terlalu sesak. Saya bilang, ini pesan saya: "jika anda tidak kaya, jangan datangi Jakarta!!" dengan kemiskinan yang anda bawa hingga Jakarta, anda akan menjadi sampah di sini, tinggal di trotoar jalan, di kolong jembatan atau di emperan toko yang setiap saat anda bisa dibuang ke tempat penampungan dinas sosial.
Jakarta, kota besar yang bukan tidak memiliki aturan, tapi begitu banyak aturan menjadi macan kertas, pelanggaran di mana-mana! bahkan lebih nampak seperti kota tanpa tata tertib. Lampu merah diterjang, walaupun ada polisi, pengendara tidak sedikit-pun takut memarkir kendaraannya di atas marka 'zebra cross', kalo saya jadi Polisi, mungkin saya sudah tersinggung karena tidak dianggap. Tapi, saya tidak tau apa perasaan bapak-bapak itu?? sampai-sampai, tabrakkan tepat di depan kantor polisi-pun, seperti perkara biasa.
Saya kemudian bertanya dalam hati, pos itu kosong atau emang polisi-nya tidur ya??!!
Jakarta, kota yang kotor! jembatan penyeberangan menjadi toilet terbuka gratis dan tempat sampah!
Jakarta,kota yang mahal! saking mahalnya, buang air kencing-pun anda harus bayar! jadi, jangan heran kalo di setiap bangunan atau tempat yang memiliki sudut, aromanya sama seperti kakus, bau pesing!! itu salah satu ciri mahalnya kota ini.
Jakarta, kota pengap! tidak ada kabut atau embun.. yang ada hanya-lah kepulan asap kendaraan bermotor! udara di kota ini sangat menyesakkan, berat!
Jakarta, tidak juga melulu tentang kebobrokkan dan atau keangkuhan, ada juga persaudaraan, empati, simpati dan masih banyak lagi. walaupun jarang!
Saya hanya berharap, suatu saat Jakarta menjadi kota yang diidamkan banyak orang! dan saya mungkin akan memilih untuk tidak bertahan di kota ini, tapi saya berharap kota kecil yang didiami oleh orang-orang yang 'care' sama tetanngga-nya, kota kecil yang bersahaja, dihuni oleh penduduk yang sopan, tidak membunyikan klakson atau ngebut di jalanan dengan suara mesin cempreng yang memekak-kan telinga. saya juga mungkin akan memilih kota yang agak redup dari suara bising sirine ambulance atau mobil pemadam kebakaran.
Saya, mungkin akan lebih memilih kota kecil yang ditumbuhi banyak pohon-pohon rindang yang mensuplai banyak oksigen buat paru-paru saya, bukan tumpukan sampah dan gedung-gedung tinggi. Saya mendambakan kota kecil yang tenang, agar pemompaan darah ke jantungku konstan, tertata rapi. Kota favorit-ku dilingkupi view pegunungan dan perairan kecil dengan suhu yang hangat, tidak sedingin ruangan kantor tempat saya bekerja sekarang dan tidak sepanas jalanan saat terik matahari.
amin..
Satu Tahun di Jakarta!
Komentar
Posting Komentar