Langsung ke konten utama

Strategi Memiliki Rumah Idaman


Biasanya, keinginan memiliki tempat tinggal sendiri semakin besar setelah seseorang berkeluarga. Motif utamanya adalah menunjukkan kemandirian dengan tidak lagi menumpang di rumah orangtua, mertua, atau kontrakan.
Namun, keinginan tersebut belum tentu dapat segera terwujud karena membeli rumah atau apartemen sendiri membutuhkan uang tak sedikit. Opsi yang paling banyak dipilih para keluarga muda adalah membeli hunian lewat kredit pemilikan rumah (KPR) atau kredit pemilikan apartemen (KPA).
Jangka waktunya bisa 10 tahun sampai 25 tahun, disesuaikan dengan kemampuan mencicil setiap bulan. Salah satu faktor penentu jangka waktu KPR adalah uang muka atau down payment (DP) dan besaran cicilan. Lazimnya, porsi uang muka sebesar 30% dari harga rumah. Sedangkan 70% merupakan nilai kredit yang harus dicicil ke bank plus bunganya.
Semakin besar uang muka yang disetor, jumlah cicilan saban bulan kian kecil dan jangka waktu kredit bisa lebih pendek. Tentu saja, ini merupakan kondisi ideal. Sebab, dengan skenario seperti ini, pendapatan saban bulan tidak akan habis hanya untuk mencicil KPR.
Masalahnya, tidak semua orang mampu menyediakan duit banyak untuk membayar uang muka KPR. Apalagi, dananya dalam bentuk tunai. Cuma, kondisi tersebut tidak boleh menyurutkan keinginan Anda untuk memiliki hunian sendiri.
Selama ini, para pengembang sering memberikan fasilitas angsuran uang muka. Umumnya, jangka waktu cicilan DP ini antara enam bulan hingga 12 bulan dan tidak dikenai bunga. Tapi, jika mengambil opsi tersebut, angsuran DP yang mesti Anda bayar lebih besar ketimbang angsuran KPR.
Contohnya, harga rumah yang mau Anda beli Rp 200 juta. Berarti, uang muka yang harus disetor adalah 30% atau Rp 60 juta dan nilai KPR Rp 140 juta. Jika dicicil selama 12 bulan, berarti, saban bulan Anda harus membayar Rp 5 juta. Sementara cicilan pokok KPR bertenor 10 tahun, di luar bunga kredit, sekitar Rp 1,16 juta per bulan. Asal tahu saja, Anda harus menunggu cicilan uang muka itu lunas sebelum bisa melakukan akad kredit dengan bank.
Menurut Sri Khurniatun, perencana keuangan dari Kurnia Consulting, Anda bisa menggali sumber pembiayaan uang muka dengan memanfaatkan KPR di bank yang menawarkan program uang muka 0%. Jadi, pemohon KPR hanya membayar biaya untuk akad kredit, seperti biaya notaris, dan bank akan menalangi 100% harga rumah tersebut.
Misalnya, KPR Bukopin Syariah yang menawarkan skema musyarakah wal ijarah. Si nasabah bersama bank membeli rumah dengan proporsi tertentu (akad musyarakah). Namun, Anda harus berhati-hati mengukur kemampuan membayar cicilan KPR. “Jangan sampai karena plafon KPR-nya besar, Anda justru kesulitan membayar cicilan,” kata Sri. 

Skema pembiayaan 

Cara lain membiayai uang muka KPR adalah melalui program Pinjaman Uang Muka Perumahan (PUMP) yang ditawarkan PT Jamsostek. Uang muka yang mengucur lewat program ini memanfaatkan iuran Jam-sostek. Otomatis, penikmat program ini hanyalah pekerja yang jadi peserta Jamsostek.
Kepala Biro Peningkatan Kesejahteraan Peserta serta Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKP dan KBL) Jamsostek Ahmad Riyadi menjelaskan, plafon pinjaman ini berkisar Rp 20 juta hingga Rp 50 juta. Peserta dengan gaji bulanan hingga Rp 5 juta bisa mendapat pinjaman maksimal Rp 20 juta. 
Sementara, peserta Jamsostek yang berpenghasilan Rp 5 juta–Rp 10 juta per bulan bisa mendapat PUMP hingga Rp 35 juta dan Rp 50 juta jika bergaji lebih dari Rp 10 juta. “Batas pengembaliannya selama 10 tahun,” kata Ahmad.
Yang menarik, bunga pinjamannya tergolong sangat ringan, yaitu 3% per tahun flat. Selain itu, Jamsostek memberikan bantuan biaya administrasi KPR sebesar Rp 500.000 yang dapat dipakai untuk membayar sebagian biaya administrasi KPR.
Sri mencermati, program pembiayaan uang muka hunian saat ini belum banyak. Selain Jamsostek, skema sejenis ditawarkan oleh Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan (Bapertarum) lewat program Pinjaman Uang Muka (PUM) khusus untuk pegawai negeri sipil (PNS). Tapi, plafon pinjamannya maksimal hanya Rp 15 juta dan bunga pinjaman ini mencapai 7,5% setahun.
Para perencana keuangan tidak mempersoalkan jika beban cicilan utang uang muka dan cicilan KPR harus dibayar pada waktu bersamaan. Syaratnya, total dua angsuran itu tidak melebihi 30% penghasilan rutin bulanan. Biasanya, ini juga merupakan salah satu syarat persetujuan KPR oleh bank.
Sri menambahkan, tidak ada patokan baku soal porsi angsuran uang muka dan cicilan KPR. “Keduanya jadi beban rutin pengeluaran per bulan,” kata Sri.
Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Business Advisory, membuat ilustrasi. Misalnya, sebuah keluarga menanggung angsuran uang muka sekitar Rp 960.000 dan cicilan KPR Rp 1,8 juta per bulan. Komposisi ini cocok bagi orang berpendapatan minimal Rp 10 juta.
Tapi, bagaimana kalau pinjaman DP yang diperoleh tak sampai 30% dari harga rumah? Sebagai solusi, Mike menyarankan Anda berburu rumah ketika ada pameran. Di ajang itu, banyak pengembang menawarkan uang muka kecil. Misalnya 10% dari harga rumah.
Alternatif lain, silakan menabung dulu. Simpan sebagian tunjangan hari raya dan bonus. Insya Allah, paling lama dua tahun, Anda bisa memenuhi kebutuhan uang muka itu.

sumber artikel: Kontan.co.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumbang Tanduk, Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae): Hama Utama Tanaman Kelapa Sawit

Aktifitas makan (serangan) kumbang tanduk dapat sangat merusak tanaman baik tanaman muda maupun tanaman yang sudah produktif, serangga ini juga dapat menyerang kelapa santan ( Cocos nucifera ) maupun kelapa sawit ( Elaeis guineensis ). Serangga menyerang semua bagian tanaman yang nampak/berada di atas permukaan tanah, baik batang, pelepah, maupun pucuk (titik tumbuh). Aktifitas makan tersebut menimbulkan lubang gerekan pada batang, pelepah dan daun yang membentuk menyerupai huruf "V" atau seperti kipas. Gejala serangan kumbang tanduk pada tanaman sawit muda (TBM) dan tanaman kelapa santan ( C. nucifera ) Kumbang tanduk yang dominan ditemukan pada tanaman kelapa sawit adalah jenis  Oryctes rhinoceros.  Jenis ini   memang telah lama diketahui peranannya sebagai serangga pengganggu yang dapat menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit, terutama tanaman muda (TBM). Pembukaan lahan tanpa pembakaran ( zero   burning ) disinyalir dapat meningkatkan kemungkinan serangan l

JENIS-JENIS JAMUR KONSUMSI (EDIBLE MUSHROOM)

Kebutuhan jamur konsumsi semakin hari semakin meningkat. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dab tehnologi saat ini, beberapa jamur konsumsi dapat dengan mudah dibudidayakan, antara lain jamur Shitake, jamur Champignon, jamur Merang, Jamur Kupimg dan jamur Tiram. Ini dia jenis-jenis jamur konsumsi: Jamur Kancing ( Agaricus bisporus ) Jamur kancing merupakan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia, sekitar 38% dari total produksi jamur dunia. Jamur kancing ( Agaricus bisporus ) atau champignon merupakan jamur pangan yang berbentuk hampir bulat seperti kancing dan berwarna putih bersih, krem, atau coklat muda. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai table mushroom , white mushroom , common mushroom atau cultivated mushroom . Di Perancis disebut sebagai champignon de Paris. Jamur kancing dijual dalam bentuk segar atau kalengan, biasanya digunakan dalam berbagai masakan Barat seperti omelet, pizza, kaserol, gratin, dan selada. Jamur kancing memiliki aroma unik

Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV)

Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) atau Virus kuning-keriting pada daun tanaman tomat merupakan salah satu anggota dari Virus yang tergolong dalam Suku Geminiviridae, Marga Begomovirus. Serangan TYLCV pada tanaman tomat dapat menyebabkan daun tanaman menggulung, mengeras, bertekstur kasar dan lebih tebal dibanding tanaman normal. Daun tanaman yang terserang juga akan mengalami klorosis ( yellowing ) dan mengkerut/keriting ( curly ). Gangguan tersebut hanya dapat terjadi pada daun baru yang terbentuk setelah tanaman terinfeksi, sedangkan daun tua tetap dan tidak mengalami penyusutan. Hal ini yang menyebabkan tanaman tampak ganjil karena daun pada bagian bawah tanaman tampak lebih lebat jika dibandingkan daun yang berada pada bagian atas. Tanaman rentan yang terserang pada fase perkembangan generatif dapat menyebabkan tanaman kerdil (stunting), jika serangan berlangsung hingga fase generatif maka buah yang dihasilkan akan berukuran kecil. Penyebaran TYLCV TYLCV tidak menular me