Langsung ke konten utama

Helopeltis sp. Serangga Penghisap Buah dan Pucuk Tanaman

Helopeltis sp. tidak hanya ditemukan pada tanaman Kakao, Mentimun dan Teh, tetapi juga tanaman kehutanan dan bahkan pada gulma.

Helopeltis bradyi
Saat populasi tinggi, serangga ini bisa menyebabkan kerusakan parah pada tanaman dan buah. Selain itu, luasnya kisaran inang serangga ini menjadi kendala tersendiri dalam pengendaliannya. Setiap upaya pengendalian harus teliti dan harus mencakup keseluruhan tanaman-tanaman inang di sekitarnya.

Keberhasilan pengendalian di lapangan selain dipengaruhi oleh pengetahuan tentang kisaran inang, juga tergantung dari ketelitian pengamat dalam menelisik keberadaan stadia lain, terutama telur. Tanda-tanda keberadaan telur pada ranting tanaman ditunjukkan oleh serabut berwarna putih menyerupai benang.

Tanda Keberadaan Telur Helopeltis pada Ranting Tanaman.

Apabila dibedah, di dalam ranting tersebut akan nampak telur berwarna kekuning-kuningan.

Telur Helopeltis bradyi yang dibandingkan dengan Ujung Ballpoint 0.5
Telur ini akan menetas dalam waktu sekitar 6-7 hari dan beralih stadia menjadi nimfa (serangga muda). Bentuk atau ciri-ciri stadia ini sudah nampak mirip dengan serangga dewasa, hanya saja berbeda ukuran tubuh dan warna. Serangga muda berukuran lebih kecil, berwarna coklat agak jingga (oranye), sayap belum berkembang sempurna sehingga belum bisa terbang. Namun demikian, stadia nimfa sudah beraktifitas sebagaimana serangga dewasa. Stilet (alat mulut)-nya sudah berkembang untuk mencari sumber pakan di sekitarnya.

Kerusakan Daun Akibat Aktifitas Makan Serangga Muda

Pada tingkat populasi dan aktifitas makan tinggi, kematian jaringan tanaman semakin banyak dan pada akhirnya menjadikan stagnasi pertumbuhan karena titik tumbuh mati mengering. Tunas-tunas baru tumbuh tidak normal sebagaimana biasanya.

Kerusakan dan Abnormalitas Tanaman Akibat Serangan Helopeltis
Stadia nimfa ini terdiri dari 5 instar berlangsung selama 10-11 hari. Masing-masing instar berganti dalam waktu sekitar 2-3 hari. Instar pertama
berwarna cokelat bening hampir jingga. Tubuh nimfa instar kedua berwarna coklat muda dengan antena berwarna cokelat tua, dan tonjolan pada toraks mulai terlihat. Semakin tua, warna tubuhnya menjadi lebih gelap, tonjolan pada toraks makin jelas dan bakal sayap mulai terlihat. Nimfa instar keempat dan kelima memiliki kesamaan ciri morfologi.

Stadia Nimfa Helopeltis bradyi
Dalam upaya menjaga terkendalinya populasi Helopeltis di lapangan, pengawasan kinerja, kondisi alat, dan cara aplikasi insektisida tak kalah penting jika dibandingkan dengan pemahaman eko-biologi serangga ini.

Kondisi alat rusak yang dipaksakan untuk meng"cover" area target dan cara aplikasi yang tidak standart, terlebih karena lemahnya sistem pengawasan atau kurangnya komitmen menjadi faktor penentu kegagalan yang paling dominan.

Contoh penggunaan alat pengendalian yang tidak standart adalah tidak sesuainya antara tinggi tanaman dan jenis alat yang dipakai, atau menggunakan knapsack sprayer tanpa modifikasi untuk menyemprot tanaman setinggi 2,5-3 meter.

*semoga bermanfaat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumbang Tanduk, Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae): Hama Utama Tanaman Kelapa Sawit

Aktifitas makan (serangan) kumbang tanduk dapat sangat merusak tanaman baik tanaman muda maupun tanaman yang sudah produktif, serangga ini juga dapat menyerang kelapa santan ( Cocos nucifera ) maupun kelapa sawit ( Elaeis guineensis ). Serangga menyerang semua bagian tanaman yang nampak/berada di atas permukaan tanah, baik batang, pelepah, maupun pucuk (titik tumbuh). Aktifitas makan tersebut menimbulkan lubang gerekan pada batang, pelepah dan daun yang membentuk menyerupai huruf "V" atau seperti kipas. Gejala serangan kumbang tanduk pada tanaman sawit muda (TBM) dan tanaman kelapa santan ( C. nucifera ) Kumbang tanduk yang dominan ditemukan pada tanaman kelapa sawit adalah jenis  Oryctes rhinoceros.  Jenis ini   memang telah lama diketahui peranannya sebagai serangga pengganggu yang dapat menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit, terutama tanaman muda (TBM). Pembukaan lahan tanpa pembakaran ( zero   burning ) disinyalir dapat meningkatkan kemungkinan serangan l

JENIS-JENIS JAMUR KONSUMSI (EDIBLE MUSHROOM)

Kebutuhan jamur konsumsi semakin hari semakin meningkat. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dab tehnologi saat ini, beberapa jamur konsumsi dapat dengan mudah dibudidayakan, antara lain jamur Shitake, jamur Champignon, jamur Merang, Jamur Kupimg dan jamur Tiram. Ini dia jenis-jenis jamur konsumsi: Jamur Kancing ( Agaricus bisporus ) Jamur kancing merupakan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia, sekitar 38% dari total produksi jamur dunia. Jamur kancing ( Agaricus bisporus ) atau champignon merupakan jamur pangan yang berbentuk hampir bulat seperti kancing dan berwarna putih bersih, krem, atau coklat muda. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai table mushroom , white mushroom , common mushroom atau cultivated mushroom . Di Perancis disebut sebagai champignon de Paris. Jamur kancing dijual dalam bentuk segar atau kalengan, biasanya digunakan dalam berbagai masakan Barat seperti omelet, pizza, kaserol, gratin, dan selada. Jamur kancing memiliki aroma unik

Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV)

Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) atau Virus kuning-keriting pada daun tanaman tomat merupakan salah satu anggota dari Virus yang tergolong dalam Suku Geminiviridae, Marga Begomovirus. Serangan TYLCV pada tanaman tomat dapat menyebabkan daun tanaman menggulung, mengeras, bertekstur kasar dan lebih tebal dibanding tanaman normal. Daun tanaman yang terserang juga akan mengalami klorosis ( yellowing ) dan mengkerut/keriting ( curly ). Gangguan tersebut hanya dapat terjadi pada daun baru yang terbentuk setelah tanaman terinfeksi, sedangkan daun tua tetap dan tidak mengalami penyusutan. Hal ini yang menyebabkan tanaman tampak ganjil karena daun pada bagian bawah tanaman tampak lebih lebat jika dibandingkan daun yang berada pada bagian atas. Tanaman rentan yang terserang pada fase perkembangan generatif dapat menyebabkan tanaman kerdil (stunting), jika serangan berlangsung hingga fase generatif maka buah yang dihasilkan akan berukuran kecil. Penyebaran TYLCV TYLCV tidak menular me