Langsung ke konten utama

Janjang Kosong: Sumber Bahan Organik Utama Tanaman Kelapa Sawit


Salah satu sumber bahan organik yang tersedia melimpah dalam budidaya perkebunan kelapa sawit adalah Janjang Kosong atau sering dikenal dengan singkatan Jankos. Janjang kosong merupakan istilah tandan buah yang sudah tidak berisi buah kelapa sawit lagi. Setelah minyak yang terkandung di dalam mesocarp diperas dan kernel di dalam cangkang dipisahkan, tandan buah tadi menjadi ampas (bahan organik). Produksi JJK biasanya berkisar antara 22-23% dari berat Tandan Buah Segar (TBS).


Tumpukan Janjang Kosong yang Siap Diaplikasikan
Janjangan kosong diketahui mengandung sejumlah unsur hara esensial bagi tanaman seperti Nitrogen (N), Posphor (P) dan terutama Kalium (K). Jika dikonversikan, setiap satu ton JJK mengandung unsur hara yang setara dengan:

6,95 kilogram Urea
2,57 kilogram CIRP
19,3 kilogram MOP
4,4 kilogram Kisserite 

Sebagai bahan organik, JJK
  melapuk  relatif  lambat, yaitu sekitar rentang waktu 8-9 bulan. Sementara itu, unsur hara seperti N dan P yang terkandung didalamnya terlepas ke dalam tanah secara perlahan (slow-release). 

Pengembalian bahan organik berupa janjang kosong ke lingkungan asal memiliki beberapa keuntungan selain turut menambah unsur hara, yaitu;
  1. Menjaga kelembaban tanah terutama di daerah kering
  2. Menaikkan kemampuan tanah dalam menyimpan air
  3. Memperbaiki sifat fisik tanah, terutama pada daerah/areal berpasir.
  4. Membantu menjaga stabilitas C-organik tanah
  5. Mencegah terjadinya erosi tanah terutama pada areal lereng
MANAJEMEN APLIKASI JANJANG KOSONG

Aplikasi janjang kosonng diutamakan untuk tanaman yang sudah menghasilkan atau produktif (TM), terutama di daerah berpasir atau lereng. Jika terdapat tanaman belum menghasilkan (TBM) di areal berpasir dan atau berlereng, maka aplikasi Jankos bisa diprioritaskan di areal ini.

Manajemen atau rekomendasi pemberian jankos biasanya diatur oleh departemen Research & Development (R&D), pada beberapa perusahaan, diserahkan kepada departemen lain, seperti Agronomy and Harvesting tergantung kebijakan dan struktur organisasi di perusahaan maing-masing.

Beberapa kriteria yang biasanya dijadikan tolak ukur adalah;
  1. Area atau Blok aplikasi berada pada radius sampai dengan 6 kilometer dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
  2. Areal pasiran
  3. Areal yang bebas banjir atau memiliki drainase yang bagus.
  4. Sarana jalan bagus agar memudahkan transportasi
DOSIS APLIKASI JANJANG KOSONG

Janjang kosong yang diaplikasikan adalah JJK yang masih segar (fresh) setelah turun dari pabrik. Dosis aplikasi berbeda-beda tergantung dari umur tanaman, untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) berkisar antara 200-275 kg/tanaman/tahun. Untuk TBM1-TBM2 aplikasi dilakukan di luar (sekitar) piringan. Sedangkan TBM3 bisa diletakkan di piringan atau di dalam gawangan mati. TBM ke-4 dan seterusnya JJK diaplikasikan di dalam gawangan mati. Jika tidak ada kendala, aplikasi JJK dilakukan hanya satu tahun sekali, tetapi dengan beberapa kendala seperti transportasi, atau kondisi jalan, aplikasi atau input ke dalam blok bisa dilakukan maksimal dua kali dalam satu tahun. Bebarengan dengan aplikasi JJK, bisa ditambahkan dengan pupuk Urea dan TSP dengan tajaran antara 0,25-1 kg/pokok/tahun.

 METODE APLIKASI

Janjang kosong bisa diaplikasikan secara manual dengan menggunakan angkong atau diangkut dengan menggunakan goni.  Saat ini, aplikasi  mekanis menggunakan empty bunch spreader. 

 CATATAN PENTING

Selain dampak positif, aplikasi janjang kosong juga membawa side impact buruk jika diabaikan, yaitu disukai oleh Kumbang Tanduk sebagai tempat berkembang biak. Oleh karena itu, aplikasi JJK tidak boleh lebih dari satu lapis. Selain itu, untuk aplikasi dua kali setahun, harus memperhatikan pelapukan yang harus sempurna.

Uret atau Gendon Kumbang Tanduk di dalam Tumpukan Janjang Kosong

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumbang Tanduk, Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae): Hama Utama Tanaman Kelapa Sawit

Aktifitas makan (serangan) kumbang tanduk dapat sangat merusak tanaman baik tanaman muda maupun tanaman yang sudah produktif, serangga ini juga dapat menyerang kelapa santan ( Cocos nucifera ) maupun kelapa sawit ( Elaeis guineensis ). Serangga menyerang semua bagian tanaman yang nampak/berada di atas permukaan tanah, baik batang, pelepah, maupun pucuk (titik tumbuh). Aktifitas makan tersebut menimbulkan lubang gerekan pada batang, pelepah dan daun yang membentuk menyerupai huruf "V" atau seperti kipas. Gejala serangan kumbang tanduk pada tanaman sawit muda (TBM) dan tanaman kelapa santan ( C. nucifera ) Kumbang tanduk yang dominan ditemukan pada tanaman kelapa sawit adalah jenis  Oryctes rhinoceros.  Jenis ini   memang telah lama diketahui peranannya sebagai serangga pengganggu yang dapat menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit, terutama tanaman muda (TBM). Pembukaan lahan tanpa pembakaran ( zero   burning ) disinyalir dapat meningkatkan kemungkinan serangan l

JENIS-JENIS JAMUR KONSUMSI (EDIBLE MUSHROOM)

Kebutuhan jamur konsumsi semakin hari semakin meningkat. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dab tehnologi saat ini, beberapa jamur konsumsi dapat dengan mudah dibudidayakan, antara lain jamur Shitake, jamur Champignon, jamur Merang, Jamur Kupimg dan jamur Tiram. Ini dia jenis-jenis jamur konsumsi: Jamur Kancing ( Agaricus bisporus ) Jamur kancing merupakan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia, sekitar 38% dari total produksi jamur dunia. Jamur kancing ( Agaricus bisporus ) atau champignon merupakan jamur pangan yang berbentuk hampir bulat seperti kancing dan berwarna putih bersih, krem, atau coklat muda. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai table mushroom , white mushroom , common mushroom atau cultivated mushroom . Di Perancis disebut sebagai champignon de Paris. Jamur kancing dijual dalam bentuk segar atau kalengan, biasanya digunakan dalam berbagai masakan Barat seperti omelet, pizza, kaserol, gratin, dan selada. Jamur kancing memiliki aroma unik

Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV)

Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) atau Virus kuning-keriting pada daun tanaman tomat merupakan salah satu anggota dari Virus yang tergolong dalam Suku Geminiviridae, Marga Begomovirus. Serangan TYLCV pada tanaman tomat dapat menyebabkan daun tanaman menggulung, mengeras, bertekstur kasar dan lebih tebal dibanding tanaman normal. Daun tanaman yang terserang juga akan mengalami klorosis ( yellowing ) dan mengkerut/keriting ( curly ). Gangguan tersebut hanya dapat terjadi pada daun baru yang terbentuk setelah tanaman terinfeksi, sedangkan daun tua tetap dan tidak mengalami penyusutan. Hal ini yang menyebabkan tanaman tampak ganjil karena daun pada bagian bawah tanaman tampak lebih lebat jika dibandingkan daun yang berada pada bagian atas. Tanaman rentan yang terserang pada fase perkembangan generatif dapat menyebabkan tanaman kerdil (stunting), jika serangan berlangsung hingga fase generatif maka buah yang dihasilkan akan berukuran kecil. Penyebaran TYLCV TYLCV tidak menular me