Serangga adalah kelompok binatang/hewan (animalia) yang
memiliki ciri-ciri antara lain; kerangka luar yang keras (disebut exoskeleton),
tubuh yang tersegmentasi, memiliki tiga pasang kaki (tungkai) dan memiliki 2
pasang sayap. Serangga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan
ekosistem. Namun, beberapa spesies serangga dapat menjadi hama bagi tanaman
atau hewan lainnya. Oleh karena itu, seringkali dilakukan pengendalian hama
untuk mengurangi dampak negatifnya. Salah satu cara untuk menjaga kualitas
serangga yang dimanfaatkan adalah dengan melakukan pengawetan. Penelitian
mengenai pengawetan serangga menjadi hal yang penting karena keberadaannya yang
seringkali menjadi bagian penting dalam berbagai bidang seperti ilmu
pengetahuan, agribisnis, dan konservasi.
TIPE-TIPE Pengawetan Serangga
Pengawetan serangga dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain adalah sebagai berikut;
- Pengawetan kering
- Pengawetan dengan alkohol
- Pengawetan dengan alkohol
Pengawetan kering
Metode ini dilakukan dengan mengeringkan serangga sehingga
kelembaban dalam tubuhnya hilang. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menggantung serangga di tempat yang teduh dan berangin, atau menggunakan oven
khusus. Serangga yang sudah kering dapat disimpan dalam kotak atau lemari kaca.
Pengawetan dengan alkohol
Metode ini dilakukan dengan merendam serangga dalam cairan
alkohol. Alkohol berfungsi untuk membunuh bakteri, jamur, dan serangga kecil
yang dapat merusak tubuh serangga. Serangga yang sudah direndam dalam alkohol
dapat disimpan dalam botol kaca yang tertutup rapat.
Pengawetan dengan formalin
Metode ini dilakukan dengan merendam serangga dalam larutan
formalin. Formalin berfungsi sebagai pengawet alami karena mampu membunuh
bakteri, jamur, dan serangga kecil. Serangga yang sudah direndam dalam formalin
dapat disimpan dalam botol kaca yang tertutup rapat.
Pengawetan dengan pengeringan beku
Metode ini dilakukan dengan memanfaatkan suhu rendah untuk membunuh bakteri, virus, dan serangga kecil pada tubuh serangga. Serangga yang sudah dibekukan dapat disimpan dalam lemari pendingin atau freezer.
Teknik Koleksi dan Pengawetan.
Mengacu pada metode awetan serangga oleh Jumar (2000), Gullan and Cranston (2014) dan Borror et al. (1992) koleksi serangga ini bisa bersifat langsung atau pengambilan secara fisik individu dari habitat, baik dengan menggunakan jari, sikat rambut halus, forsep atau aspirator. Teknik seperti itu dapat dilakukan pada serangga-serangga yang bergerak relatif lambat, seperti fase pra-dewasa atau serangga-serangga yang tidak mampu terbang atau enggan terbang.
Sementara itu, untuk koleksi serangga-serangga yang aktif bergerak, terbang, nocturnal atau berukuran kecil dan tersembunyi, harus digunakan alat-alat bantu, seperti; jaring (Sweep Net), perangkap (malaise trap, yellow pan trap, pitfall trap, light trap, dll.).
Selanjutnya, serangga-serangga yang didapatkan diawetkan sesuai dengan ukuran dan sifatnya dengan beberapa metode pengawetan. Sebagai contoh, serangga yang akan diawetkan, terlebih dahulu dimatikan di dalam botol yang mengandung racun (killing bottle) atau dimasukkan kedalam freezer. Pembekuan menghindari penggunaan bahan kimia pembunuh. Catatan penting dalam tahapan ini adalah penempatan serangga ke dalam wadah kecil yang kedap udara untuk mencegah kekeringan dan membekukannya setidaknya selama 12-24 jam.
Serangga yang telah mengering harus direlaksasikan sebelum dapat dipasang. Relaksasi ini menempatkan spesimen kering dalam suasana jenuh air agar tidak berjamur. Selanjutnya, dilakukan penusukan jarum (pinning) dengan macropin/micropin. Penyisipan makropin, dengan ketebalan yang sesuai untuk ukuran serangga; posisi yang benar untuk pin bervariasi di antara ordo serangga dan penting untuk menempatkan pin di tempat yang disarankan untuk menghindari kerusakan struktur yang mungkin berguna dalam identifikasi.
Setelah pinning dan labelling, kemudian serangga diletakkan
di dalam kotak awetan secara sistematis berdasarkan ordo dan familinya
masing-masing. Selanjutnya kotak-kotak awetan disimpan di dalam lemari
penyimpanan.
1. Ketepatan
penentuan waktu dan persiapan
Serangga merupakan binatang yang memiliki kekhususan perilaku. Dengan demikian diperlukan strategi yang tepat dalam mendapatkannya dan penangkapannya. Sebagai contoh, penggunaan perangkap lampu sebaiknya menghindari tengah bulan hijriah, yaitu di sekitar tanggal 15-20 (bulan purnama). Penggunaan perangkap buah (pisang/banana trap) untuk menangkap kupu-kupu kanopi tanaman seperti Danaus spp.
2. Penyimpanan
kupu-kupu dan Penggunaan Oven
Oleh karena kupu-kupu merupakan kelompok serangga yang memiliki sayap yang rapuh dan sisiknya (lepidos) mudah rusak, maka selama dalam perjalan, kupu-kupu diletakkan di dalam papillon. Untuk penanganan awetan, sebelum dilakukan perentangan sayap dan menghindari patahnya sayap, maka diperlukan pelemasan dulu dengan memasukkannya ke dalam desikator selama 2-3 hari. Pengeringan serangga dilakukan dengan oven pada suhu 450C selama 2 hari untuk serangga berukuran kecil dan 7 hari untuk serangga berukuran besar.
3. Sterilisasi serangga dari parasit dan hama.
Sterilisasi dilakukan dengan urutan langakah sebagai berikut;
- Perlakuan suhu dingin 200C selama 2 hari untuk mematikan parasite dan hama yang mungkin masih hidup pada tubuh serangga.
- Penempatan pada suhu ruang selama 2 hari. Tindakan ini untuk memberikan kesempatan agar parasit dan hama melengkapi siklus hidupnya.
- Perlakuan suhu dingin 200C selama 2 hari untuk mematikan kembali parasit dan hama yang mungkin masih hidup pada tubuh serangga.
- Serangga diletakkan di dalam kotak koleksi dan disimpan di dalam museum.
4. Labelling
(pelabelan atau pemberiaan identitas)
Label atau pemberiaan identitas pada serangga koleksi harus memenuhi kaidah yang telah ditentukan. Kaidah pelabelan tersebut antara lain harus mengandung informasi, lokasi, titik koordinat, altitude (ketinggian lokasi), tanggal.bulan.tahun pengambilan koleksi, nama kolektor, dan metode pengambilan koleksi (light trap, sweepnet, handpicking dll.)
5. Museum
dan Kataloging
IDENTITAS KOLEKSI Serangga. Sebagaimana barcode yang terpasang di dalam masing-masing kotak, berikutn ini adalah informasiidentitasnya. Dalam koleksi ini didapatkan dari berbagai daerah dan dengan berbagai cara, tetapi dominan didaptkan di sekitar Bogor, Jawa Barat dengan cara ditangkap langsung dengan tangan (catching by hand) atau menggunakan jaring serangga (sweep net).
Serangga koleksi diambil dari 19 lokasi, terbanyak di Bogor dan Cipanas, Kec. Cianjur, Jawa Barat.
Komentar
Posting Komentar