Langsung ke konten utama

CARA MEMBACA DAN MELIHAT SERANGGA BICARA DENGAN SESAMANYA ATAU TENTANGGANYA

Berbeda dengan manusia dan beberapa hewan besar lainnya yang "berbicara" dengan menggunakan bibir atau suara yang keluar dari rongga mulutnya. Serangga berkomunikasi dengan gaya yang berbeda. Serangga berkomunikasi dengan bunyi yang dihasilkan dari sayapnya, gesekan kakinya atau melalui antenanya. Salah satu alat yang digunakan untuk memahami percakan ini adalah Electroantennography (EAG). Electroantennography merupakan teknik yang digunakan untuk mempelajari respons saraf dari antena serangga terhadap bahan kimia atau senyawa volatil yang dilepaskan oleh lingkungan atau serangga lain. Teknik ini sering digunakan dalam studi kimia komunikasi serangga, terutama dalam memahami cara serangga mengidentifikasi feromon dan memberikan respons terhadapnya.

Pada EAG, elektroda yang sangat kecil ditempatkan di atas antena serangga untuk merekam sinyal listrik yang dihasilkan oleh saraf antena ketika terstimulasi oleh senyawa volatil yang diberikan. Sinyal listrik ini kemudian diukur dan dianalisis untuk menentukan respons saraf terhadap senyawa yang diberikan.

Beberapa parameter yang dijadikan penilaian dalam EAG antara lain:

  1. Amplitudo sinyal: ukuran besar kecilnya sinyal listrik yang dihasilkan oleh saraf antena ketika terstimulasi oleh senyawa volatil
  2. Latensi sinyal: waktu yang dibutuhkan oleh saraf antena untuk menghasilkan sinyal listrik setelah terstimulasi oleh senyawa volatil
  3. Durasi sinyal: lama waktu sinyal listrik yang dihasilkan oleh saraf antena setelah terstimulasi oleh senyawa volatil
  4. Ambang batas: konsentrasi minimum senyawa volatil yang diperlukan untuk menghasilkan respons saraf yang terdeteksi.

Semua parameter ini dapat memberikan informasi tentang kemampuan serangga dalam mendeteksi dan merespons senyawa volatil tertentu, dan dapat digunakan untuk mempelajari perilaku komunikasi dan persepsi bau serangga. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumbang Tanduk, Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae): Hama Utama Tanaman Kelapa Sawit

Aktifitas makan (serangan) kumbang tanduk dapat sangat merusak tanaman baik tanaman muda maupun tanaman yang sudah produktif, serangga ini juga dapat menyerang kelapa santan ( Cocos nucifera ) maupun kelapa sawit ( Elaeis guineensis ). Serangga menyerang semua bagian tanaman yang nampak/berada di atas permukaan tanah, baik batang, pelepah, maupun pucuk (titik tumbuh). Aktifitas makan tersebut menimbulkan lubang gerekan pada batang, pelepah dan daun yang membentuk menyerupai huruf "V" atau seperti kipas. Gejala serangan kumbang tanduk pada tanaman sawit muda (TBM) dan tanaman kelapa santan ( C. nucifera ) Kumbang tanduk yang dominan ditemukan pada tanaman kelapa sawit adalah jenis  Oryctes rhinoceros.  Jenis ini   memang telah lama diketahui peranannya sebagai serangga pengganggu yang dapat menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit, terutama tanaman muda (TBM). Pembukaan lahan tanpa pembakaran ( zero   burning ) disinyalir dapat meningkatkan kemungkinan serangan l

JENIS-JENIS JAMUR KONSUMSI (EDIBLE MUSHROOM)

Kebutuhan jamur konsumsi semakin hari semakin meningkat. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dab tehnologi saat ini, beberapa jamur konsumsi dapat dengan mudah dibudidayakan, antara lain jamur Shitake, jamur Champignon, jamur Merang, Jamur Kupimg dan jamur Tiram. Ini dia jenis-jenis jamur konsumsi: Jamur Kancing ( Agaricus bisporus ) Jamur kancing merupakan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia, sekitar 38% dari total produksi jamur dunia. Jamur kancing ( Agaricus bisporus ) atau champignon merupakan jamur pangan yang berbentuk hampir bulat seperti kancing dan berwarna putih bersih, krem, atau coklat muda. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai table mushroom , white mushroom , common mushroom atau cultivated mushroom . Di Perancis disebut sebagai champignon de Paris. Jamur kancing dijual dalam bentuk segar atau kalengan, biasanya digunakan dalam berbagai masakan Barat seperti omelet, pizza, kaserol, gratin, dan selada. Jamur kancing memiliki aroma unik

Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV)

Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) atau Virus kuning-keriting pada daun tanaman tomat merupakan salah satu anggota dari Virus yang tergolong dalam Suku Geminiviridae, Marga Begomovirus. Serangan TYLCV pada tanaman tomat dapat menyebabkan daun tanaman menggulung, mengeras, bertekstur kasar dan lebih tebal dibanding tanaman normal. Daun tanaman yang terserang juga akan mengalami klorosis ( yellowing ) dan mengkerut/keriting ( curly ). Gangguan tersebut hanya dapat terjadi pada daun baru yang terbentuk setelah tanaman terinfeksi, sedangkan daun tua tetap dan tidak mengalami penyusutan. Hal ini yang menyebabkan tanaman tampak ganjil karena daun pada bagian bawah tanaman tampak lebih lebat jika dibandingkan daun yang berada pada bagian atas. Tanaman rentan yang terserang pada fase perkembangan generatif dapat menyebabkan tanaman kerdil (stunting), jika serangan berlangsung hingga fase generatif maka buah yang dihasilkan akan berukuran kecil. Penyebaran TYLCV TYLCV tidak menular me